Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Mitos Menyusui Menyesatkan yang Harus Segera Diberantas

Kompas.com - 04/08/2022, 06:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Unicef

KOMPAS.com - World Breastfeeding Week atau Pekan Menyusui Sedunia kali ini mengangkat tema soal pentingnya memberikan dukungan bagi para ibu.

Sejumlah pihak termasuk pemerintah, masyarakat dan lingkungan sekitar diminta memberikan lingkungan yang aman dan nyaman agar ibu bisa memberikan ASI untuk buah hatinya.

Selama ini, masih banyak faktor yang menghalangi proses menyusui yang lebih optimal termasuk berbagai mitos yang menyesat.

Sejumlah hoaks ini masih dipelihara masyarakat sehingga kerapkali memberikan dampak buruk pada proses pemberian ASI.

Baca juga: Pekan Menyusui Sedunia, Ini Caranya Berikan Dukungan pada Pasangan

Dikutip dari laman UNICEF, berikut adalah berbagai mitos soal menyusui yang harus dihilangkan.

Menyusui itu mudah

Bayi memang lahir dengan refleks untuk mencari payudara ibunya namun bukan berarti ini mudah dilakukan.

Banyak ibu baru memerlukan bantuan agar bisa memposisikan bayinya dengan tepat dan menempel ke payudaranya.

Proses menyusui juga butuh waktu dan latihan sebagai penyesuaian untuk ibu dan bayi.

Puting payudara nyeri adalah hal biasa

Puting payudara yang nyeri dan sakit bukan efek samping yang normal ketika menyusui.

Sebaliknya, jika posisi ibu dan bayi saat menyusui benar-benar tepat maka rasa sakit tersebut tidak akan muncul.

Jika merasakan keluhan tersebut, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan bidan, dokter atau pakar laktasi untuk mendapatkan solusi terbaik.

Baca juga: Menggunakan Tekstur Puting untuk Menenangkan Bayi

Mencuci puting payudara

Tidak perlu mencuci puting payudara ibu sebelum menyusui buah hati demi alasan kebersihan.

Saat bayi lahir, mereka sudah familiar dengan aroma tubuh dan suara ibunya sendiri sehingga mencuci puting akan menghilangkannya.

Selain itu, puting payudara juga memiliki 'bakteri baik' yang membantu membangun sistem kekebalan tubuh bayi yang sehat seumur hidup.

Ibu dan bayi perlu dipisah demi istirahat berkualitas

Praktik skin to skin bisa diaplikasikan segera setelah bayi dilahirkan demi proses perlekatan berjalan lancar.

Jika bisa melakukannya satu jam setelah melahirkan dan sesering mungkin maka proses pemberian ASI akan jadi lebih mudah dan baik.

Jadi tak perlu memisahka ibu dan bayi setelah proses persalinan demi mendapatkan istirahat yang berkualitas.

Baca juga: Antipanik Saat Hadapi Masalah Menyusui Bayi Baru Lahir

Ibu menyusui dilarang makan macam-macam

Ilustrasi makanan yang pas untuk lidah terasa pahit saat sakit. Shutterstock/Dmytro Zinkevych Ilustrasi makanan yang pas untuk lidah terasa pahit saat sakit.
Keluarga dan lingkungan sekitar biasanya terjebak mitos dan melarang ibu mengkonsumsi makanan yang kaya rasa selama menyusui termasuk pedas dan asin.

Padahal, seorang ibu yang sedang memberikan ASI perlu asupan nutrisi yang seimbang, bukan hanya makanan yang hambar.

UNICEF menekankan jika seorang perempuan tak perlu mengubah kebiasaan makannya ketika menyusui anaknya.

Alasannya, bayi terpapar pada preferensi makanan ibu mereka sejak berada di dalam rahim.

Pemberian ASI tidak optimal jika tidak dilakukan satu jam setelah melahirkan

Menyusui memang menjadi lebih mudah dimulai jika dimulai pada jam pertama setelah lahir karena refleks bayi sangat kuat pada saat itu.

Namun jika itu tidak memungkinkan, karena berbagai alasan, lakukan sesegara mungkin.

Ibu dan bayi bisa tetap belajar menjalani proses menyusui tersebut meskipun sedikit terlambat, tanpa memengaruhi kualitasnya.

Baca juga: Manfaat Ekstrak Kolostrum untuk Rawat Kulit Bayi

Pantangan susu formula bagi bayi yang minum ASI

Para ibu boleh saja mengkombinasikan susu formula dengan pemberian ASI kepada bayi, jika diperlukan.

Pastikan untuk mencari informasi yang tidak bias tentang susu formula dan produk lain yang menggantikan ASI.

Namun guna menjaga produksi ASI, biarkan anak tetap menyusu secara langsung dari payudara.

Baca juga: Rekomendasi Makanan Pendamping ASI yang Bernutrisi

Produksi ASI ibu tidak cukup untuk bayinya

Ini adalah salah satu mitos paling menyesatkan yang sukses membuat galau banyak ibu muda.

Padahal, hampir semua ibu menghasilkan jumlah ASI yang tepat untuk kebutuhan bayinya.

Produksi ASI ditentukan oleh seberapa baik bayi menempel pada payudara, frekuensi menyusui dan seberapa baik bayi menyerap nutrisinya.

Namun untuk menjaga produksi ASI tetap lancar, pastikan untuk menjaga kesehatan mental dan makan serta minum dengan baik.

Ibu dilarang menyusui jika sedang sakit

Banyak ibu takut menularkan penyakit pada anaknya ketika menyusui dalam kondisi tidak sehat.

Padahal secara umum para ibu bisa tetap menyusui anaknya meskipun sedang sakit.

Dalam banyak kasus, antibodi yang dibuat tubuh ibu untuk mengobati penyakit tersebut akan diteruskan ke bayi sehingga membangun pertahanan tubuhnya sendiri.

Dilarang minum obat

ilustrasi ibu menyusui bayi, manfaat asi eksklusif, manfaat asi bagi bayi, manfaat asi bagi ibu. FREEPIK/COOKIE_STUDIO ilustrasi ibu menyusui bayi, manfaat asi eksklusif, manfaat asi bagi bayi, manfaat asi bagi ibu.
Kita pasti sering mendengar larangan minum obat bagi para ibu menyusui bukan?

Rupanya itu hanya sekedar mitos khususnya jika dilakukan tanpa panduan dari dokter.

Kita hanya perlu memberi tahu dokter jika sedang menyusui dan memastikan membaca instruksi penggunaan saat mengkonsumsi obat bebas.

Biasanya kita hanya perlu lebih teliti dalam memilih jenis obat, baik rentang waktu penggunaan, dosis maupun soal formulanya.

Baca juga: Tips Atasi Lecet dan Nyeri Payudara Saat Menyusui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Unicef
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com