KOMPAS.com - Lumrah apabila kita sesekali berpikiran negatif. Pikiran negatif biasanya berasal dari perasaan atau situasi sekitar.
Kendati demikian, pikiran semacam itu sebaiknya dibuang jauh-jauh karena bisa mendatangkan beragam kerugian.
Mulai dari mengubah cara pandang kita terhadap diri sendiri dan memengaruhi kesehatan mental, emosi, bahkan perasaan.
"Sangat wajar jika rasa takut, sedih, dan marah menyelimuti pengalaman. Tapi, efek sampingnya dapat meningkatkan peradangan bahkan lebih."
Demikian penjelasan yang disampaikan penulis Healing Mindset: A Guide to the Mind-Body Connection for People With Autoimmune Disease, Eileen Laird.
Baca juga: Hidup Lebih Tenang dengan Mengusir Pikiran Negatif
Nah, supaya pikiran negatif tidak terus-menerus menyelubungi otak dan perasaan, sebaiknya hal ini diatasi dengan sejumlah teknik berikut ini.
Laird mengatakan, teknik yang disebut iffirmations dapat membantu kita yang sedang berjuang dengan afirmasi.
Walau diyakini membawa banyak dampak baik, afirmasi ternyata bisa menjadi bumerang bergantung pada kepribadian.
Karena beberapa orang bisa merasa tenang dengan dirinya, sementara yang lainnya sekadar memberi makan kritik batin mereka.
Dalam hal ini Laird meminta supaya kata "saya" diganti menjadi "jika" dalam sebuah pernyataan.
Hal itu membantu kita untuk menembus resistensi pikiran dan membuka kemungkinan.
Pergantian frasa tersebut bisa menjadi jawaban apabila pikiran mempertanyakan apakah diri sendiri sudah mampu atau belum.
Dengan begitu ada sedikit perubahan yang dapat mengelabui otak dan fokus pada hal-hal positif.
Laird menyampaikan, bersyukur menjadi salah satu cara yang sederhana untuk benar-benar mengatur ulang otak.
Otak memang dirancang untuk memikirkan hal-hal negatif. Tapi, alih-alih mengabaikan hal yang buruk, bersyukur bisa membantu kita melihat hal yang baik.