Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Cacar Monyet yang Perlu Diketahui agar Tak Cemas Berlebihan

Kompas.com - 04/08/2022, 19:46 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Wabah cacar monyet alias monkeypox yang belakangan santer diberitakan membuat banyak masyarakat khawatir.

Apalagi dengan munculnya sejumlah kasus suspek di berbagai daerah, terbaru di Jawa Tengah.

Terlebih lagi, saat ini kita masih berusaha pulih dari pandemi Covid-19 dan mulai beraktivitas secara normal.

Baca juga: Suspek Monkeypox Ditemukan, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Oleh sebab itu, penting memahami lebih jauh soal penyakit ini agar kita tidak perlu ketakutan namun tetap bisa menjaga diri dan keluarga.

Berikut adalah sejumlah fakta penting soal cacar monyet yang wajib diketahui, seperti dikutip dari laman Kementeriaan Kesehatan RI.

Apa itu cacar monyet?

Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox.

Disebut demikian karena penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada sekumpulan monyet yang dipelihara demi tujuan penelitian di tahun 1958.

Namun penyakit ini kemudian juga didapati terjadi pada tahun 1970.

Artinya, cacar monyet tergolong dalam penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia namun belakangan juga bisa menyebar dari manusia ke manusia.

Bagaimana cara penularannya dari orang ke orang?

Cacar monyet bisa menyebar dari orang ke orang lewat kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam tersebut.

Misalnya kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, hingga kontak seksual.

Sejauh ini WHO masih melakukan penelitian soal rentang penularannya melalui orang.

Namun saat ini dianggap jika penderita dapat menularkan cacar monyet sampai semua lesinya berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.

Baca juga: Cacar Monyet Darurat Kesehatan Global, Simak Anjuran dari WHO

Hal yang perlu diperhatikan, lingkungan juga bisa terkontaminasi virus monkeypox seperti pakaian yang disentuh penderita, tempat tidur, handuk, benda, alat elektronik dan permukaan.

Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi selain juga karena menghirup serpihan kulit atau virus dari sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com