Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bullying Guru yang Paksa Siswi Berjilbab, Orangtua Harus Lakukan Ini

Kompas.com - 05/08/2022, 15:05 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang siswi asal SMA Banguntapan 1, Kabupaten Bantul, Yogyakarta mengalami depresi usai dipaksa memakai jilbab oleh gurunya.

Kasus bermula ketika korban dipanggil oleh gurunya ke ruangan Bimbingan Konseling pada hari kedua Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Di sana, siswi yang bersangkutan sempat ditanyai alasannya tidak memakai jilbab. Namun, pada akhirnya, kasus pemaksaan memakai jilbab terjadi.

HA, inisial ibu korban, mengatakan bahwa anaknya merasa dirundung alias di-bully oleh guru karena keputusannya tidak memakai jilbab.

Baca juga: Kasus Siswi SMAN di Bantul Dipaksa Mengenakan Jilbab, Kemendikbud Temukan Unsur Pemaksaan

Yang harus dilakukan orangtua ketika guru lakukan bullying

Kasus pemaksaan jilbab tersebut memang bisa dikategorikan sebagai tindakan bullying yang dilakukan guru.

Dalam praktiknya, harus diakui ada oknum guru yang melakukan perundungan terhadap anak-anak yang dididiknya.

Hal ini tentunya bisa mengganggu kesehatan mental anak dan membuatnya enggan bersekolah.

Karena alasan itulah orangtua perlu melakukan sejumlah tindakan supaya anaknya terselamatkan dari bullying yang dilakukan guru.

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh orangtua?

Dilansir dari Very Well Mind, berikut cara-cara yang bisa dilakukan.

1. Kumpulkan bukti

Orangtua perlu mengumpulkan bukti kapan, di mana, oleh siapa, saksi, dan perilaku yang diterima anak saat mengalami bullying.

Di sisi lain, catat juga pengakuan anak tentang perkataan yang dilontarkan guru ketika melakukan perundungan.

Baca juga: Ketahui Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya

Tidak ada salahnya bagi orangtua untuk melaporkan kasus bullying yang menimpa anaknya ke pihak kepolisian.

Apalagi jika bullying yang diterima anak berupa perundungan fisik, di dunia maya, SARA, bahkan faktor difabel.

2. Dukung anak

Orangtua perlu berbicara dengan anak tentang sekolah dan apa yang terjadi. Dukungan bisa dilakukan dengan mendengarkan si buah hati.

Tanyakan juga kepada anak bagaimana mereka ingin situasi yang tidak mengenakannya ditangani.

Dalam hal ini, orangtua perlu memprioritaskan kondisi anaknya supaya pulih dari intimidasi.

Itu bisa dipermudah melalui konsultasi dengan konselor atau dokter anak untuk memeriksa tanda-tanda depresi, kecemasan, dan masalah tidur.

3. Bangun harga diri anak

Ibu dan remaja lakiPEXELS/ANDREA PIACQUADIO Ibu dan remaja laki
Kekuatan dan kepercayaan diri anak bisa melemah setelah mengalami bullying.

Orangtua wajib mendorong mereka untuk melakukan kegiatan yang disukai, seperti hobi, agar bisa fokus pada hal lain di samping bullying.

Bantu anak untuk melihat hal-hal yang membuat mereka bahagia dan cara ini dapat membantu membangun ketahanannya.

Baca juga: 6 Cara Mencegah Anak Jadi Korban Bullying

4. Berbicara dengan anak

Anak sebaiknya diajak bicara terlebih dahulu sebelum orangtua mengadakan pertemuan bersama guru dan kepala sekolah.

Cara itu memungkinkan anak terhindar dari rasa malu jika mereka mengetahui situasinya.

Di sisi lain, anak perlu dipersiapkan secara emosional apabila pertemuan tidk berjalan dengan baik dan guru bersikeras.

5. Dekati sumber

Orangtua perlu mencari pihak-pihak yang erat kaitannya dengan bullying yang dialami anak.

Pasalnya semakin dekat dengan masalah maka lebih besar kemungkinan orangtua bertindak cepat dan efektif.

Baca juga: Ayah, Ibu, Ini Tanda Anak Jadi Korban Bullying di Sekolah

6. Temui guru yang melakukan bullying

Tidak ada salahnya bagi orangtua untuk menemui guru yang dikatakan anaknya melakukan perundungan.

Akan tetapi pastikan untuk melakukan pendekatan secara kooperatif ketika membahas situasi bersama guru yang bersangkutan.

Orangtua sebaiknya mencoba untuk tetap berpikiran terbuka dan mendengarkan perspektif guru.

Hindari berteriak, menuduh, menyalahkan, dan mengancam akan menuntuk. Lebih baik izinkan guru untuk berbicara terlebih dahulu.

7. Ungkapkan kekhawatiran

Meski penting untuk mengungkapkan kekhawatiran, orangtua sebaiknya juga mengizinkan orang lain untuk terlibat dalam percakapan.

Misalnya, jika anak tampak takut di kelas, utarakan fakta ini. Kemudian tanyakan kepada guru apa yang mungkin terjadi.

Langkah itu memungkinkan guru untuk berbicara tentang apa yang mereka lihat.

Di sisi lain, guru cenderung tidak bersikap defensif jika orangtua terbuka untuk mendengarkan perspektif mereka.

8. Temui kepala sekolah

Ilustrasi guru dan murid.SHUTTERSTOCK Ilustrasi guru dan murid.
Tidak ada salahnya bagi orangtua untuk menemui kepala sekolah apabila bullying yang dialami anaknya terus meningkat.

Itu penting dilakukan karena guru yang melakukannya terkadang merasionalisasi perilakunya bahkan menyalahkan siswa dan menolak mengakui kesalahan.

Bagikan juga bukti-bukti sebagai penguat kepada kepala sekolah dan ungkapkan kekhawatiran orangtua.

Tidak ada salahnya meminta anak untuk dipindahkan kelasnya, meski belum tentu kepala sekolah memberikan izin.

Namun, jika kepala sekolah masih abai, orangtua bisa melaporkan kasus bullying yang menimpa anaknya ke dinas pendidikan.

Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com