Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Faktor yang Sebabkan Tinja Berwarna Kuning, Bisa Jadi Tanda Penyakit

Kompas.com - Diperbarui 10/01/2023, 05:23 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Gejala yang umum dari infeksi bawaan makanan, antara lain kram perut, diare, dan kekelalahan.

3. Parasit

Penyebab tinja berwarna kuning lainnya adalah Giardia, sejenis parasit yang mendiami usus Parasit ini bisa menyebabkan makanan bergerak cepat melalui sistem pencernaan.

Selain itu, Giardia menjadi parasit yang sering ditularkan melalui air yang sudah terkontaminasi.

Baca juga: Bayi Susah BAB? Ini Pertolongan Pertama yang Bisa Dilakukan

Gejala yang ditimbulkan dari Giardia, yakni diare, kram, mual, muntah, termasuk tinja dengan warna kuning.

4. Penyakit celiac

Kebanyakan orang menganggap penyakit celiac terjadi karena intoleransi terhadap gluten.

Padahal celiac yang merupakan konsisi autoimun ketika usus kecil bereaksi terhadap gluten dapat menyebabkan diare, kram, maupun kelelahan.

Dampak lain yang bisa dirasakan ketika tingkatnya semakin parah, antara lain malnutrisi, osteoporosis, dan infertilitas.

5. Masalah organ

Tinja yang berwarna kuning bisa menunjukkan tanda kelebihan lemak dalam tinja.

Kelebihan lemak dapat disebabkan oleh gangguan pencernaan asalkan tinja yang keluar tidak berbusa, berbau busuk, dan mengambang.

Pasalnya ketiga tanda itu merupakan gejala masalah dengan sistem empedu, menurut Traxler.

Di sisi lain ahli bedah usus besar dan dubur Jeffery Nelson, MD, juga menyebut feses acholic sebagai faktor lain di balik perubahan warna tinja.

Baca juga: Amankah Bergantung pada Kopi Agar BAB Lancar?

Feses acholic membuat tinja berwarna pucat atau tanah liat, termasuk menjadi kuning pucat.

Nah, masalah itu bisa melibatkan sejumlah organ berikut ini yang mengakibatkan perubahan warna pada tinja.

Hati yang tidak berfungsi dengan baik tidak cukup membuat empedu untuk dikeluarkan oleh kantong empedu.

Penyebab hati mengalami disfungsi bisa berasal dari sirosis, perlemakan hati, infeksi hati, tumor hati, bahkan kerusakan hati akibat asetaminofen.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com