Sebagian orang memberikan penjelasan ketika meminta maaf atas kesalahan yang telah mereka perbuat.
Namun, penjelasan sebaiknya tidak disalahgunakan sebagai ajang pembenaran terhadap kesalahan.
Luo menyarankan agar kita mengakui dampak buruk dari tindakan yang sudah dilakukan pada orang yang tersakiti, terutama emosionalnya.
Dalam hal ini ia menilai niat yang baik tidak akan membenarkan dampak buruk yang ditimbulkan.
Luo mengatakan, meski kita bermaksud melakukan sesuatu dengan itikad baik, kita masih bisa menyakiti orang lain melalui tindakan.
Baca juga: 6 Cara Meminta Maaf yang Baik
Benar-benar mengakui kesalahan bisa dibuktikan dengan sikap bertanggung jawab.
"Tanggung jawablah. Ini mengakui tindakan anda menyakitkan atau menyinggung," ujar Thompson.
"(Bertanggung jawab) juga memberi sinyal kepada orang yang tersakiti bahwa kita memahami rasa sakit yang mereka rasakan dan menyesal.
Thomson mengingatkan kita untuk berhati-hati ketika berbicara tentang diri sendiri dan saat bertindak, berpikir, maupun beperilaku.
Ia menilai ketidakhati-hatian bisa memengaruhi pihak lain.
"Berhati-hatilah untuk tidak menggunakan pernyataan 'Anda', yang membuat orang lain membela diri dan memberi kesan bahwa Anda menyalahkan," kata Thompson.
Kita ada baiknya memahami apalogy language dari orang yang tersakiti atau merasa dirugikan dengan tindakan kita.
Dengan begitu permohonan maaf dari kita menjadi lebih cepat diproses dan diterima.
Baca juga: Jika Merasa Salah, Jangan Ragu Meminta Maaf
Apology language terdiri dari mengungkapkan penyesalan, menerima tanggung jawab, membuat restitusi, bertobat, dan meminta pengampunan.
Thompson mengingatkan bahwa permintaan maaf harus dibarengi dengan niat untuk tidak mengulangi kesalahan.