KOMPAS.com - Ukuran penis kerap menjadi kekhawatiran para pria pada satu titik dalam kehidupan mereka.
Ada asumsi, ukuran penis mempengaruhi kepuasan aktivitas seksual, kendati hal ini sudah dibantah para ahli berulang kali.
Ukuran penis yang besar juga dianggap sebagai simbol kejantanan, kesuburan, hingga kekuatan.
Segala asumsi tersebut membuat banyak pria terobsesi untuk memperbesar penis mereka.
Baca juga: Mitos Tentang Ukuran Penis, Mana yang Benar?
Banyak metode, hingga produk pembesar penis beredar di pasaran yang diklaim dapat memberikan hasil memuaskan, namun belum terbukti secara ilmiah.
Namun benarkah cara-cara itu bisa berhasil?
Berikut adalah cara-cara memperbesar ukuran penis yang telah kami rangkum dari berbagai sumber:
1. Gunakan pompa vakum
Dalam kasus tertentu, pompa vakum penis bisa membantu pria yang mengalami hambatan sirkulasi darah untuk meraih dan mempertahankan ereksi.
Umumnya, pompa vakum digunakan pria lanjut usia yang memiliki kondisi diabetes atau disfungsi ereksi. Alat ini hanya membantu mengelola gejala, tidak menyembuhkan penyakit.
Anjuran untuk penggunaan pompa vakum adalah sekitar 1-2 jam sebelum bercinta untuk memberikan efek penis yang besar dan panjang.
Namun perlu digarisbawahi, penggunaan pompa vakum terlalu sering atau terlalu lama bisa merusak jaringan elastis pada penis.
Akibatnya, ereksi menjadi kurang optimal, penis mengalami mati rasa, kerusakan jaringan dan pembuluh darah, dan dalam kasus terburuk bisa berujung pada impotensi.
Baca juga: Waspada Efek Melakukan Pembesaran Penis Sembarangan
2. Menurunkan berat badan
Cara ini terbilang aman untuk membuat ukuran penis terlihat lebih besar. Pasalnya, kelebihan berat badan menyebabkan timbunan lemak menutupi organ vital, sehingga batang penis tampak lebih kecil.
Dengan menurunkan berat badan, batang penis akan lebih terlihat dan ukurannya seolah lebih panjang dan besar.
3. Suplemen dan krim topikal
Suplemen dan krim topikal pembesar penis diklaim mengandung hormon, vitamin, mineral atau rempah-rempah yang efektif membesarkan penis.
Tetapi, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Beberapa produk justru bisa berbahaya.