Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Kemerdekaan Psikologis

Kompas.com - 18/08/2022, 09:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDIVIDU yang sehat adalah individu yang merdeka secara psikologis. Jadi, perjuangan untuk mendapatkan lalu merawat kemerdekaan bangsa, dari sudut pandang psikologi dapat juga dilihat sebagai perjuangan untuk mewujudkan segenap warga negara yang sehat secara psikologi.

Kemerdekaan psikologis adalah modal agar negara kita pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.

Peringatan HUT Kemerdekaan RI adalah momen yang baik bagi seluruh warga bangsa untuk berefleksi.

Tidak hanya refleksi untuk melihat apakah bangsa Indonesia kita sudah benar-benar merdeka, tetapi secara pribadi berfleksi apakah sebagai individu kita semua telah sepenuhnya merdeka?

Hal ini didasari pemikiran bahwa sebuah bangsa yang merdeka merupakan sekumpulan individu merdeka.

Individu merdeka

Bila merujuk pandangan aliran psikologi humanistik, maka bisa dikatakan bahwa individu yang merdeka secara psikologis adalah individu yang sikap, perilaku, serta tindakannya tidak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan.

Pengalaman pahit masa lalu, luka batin karena peristiwa masa kecil, perasaan rendah diri, kegagalan dalam usaha, perasaan tidak berdaya, keluarga yang tidak harmonis, tubuh yang tidak sempurna, trauma, serta rasa malu atas peristiwa yang pernah terjadi adalah sedikit contoh dari berbagai hal yang tidak dapat kita kendalikan. Hal-hal semacam ini bisa dapat mengekang dan memenjarakan diri.

Ciri individu yang merdeka adalah bahagia. Bahagia karena secara psikologis memiliki kebebasan untuk memilih, menyadari makna dari setiap hal yang dilakukan, serta berorientasi ke masa depan.

Individu merdeka tidak berperilaku semata sebagai kompensasi ketidakberdayaan masa kecil; Individu merdeka juga tidak menjadikan hidup sebagai jalan balas dendam atas rasa sakit di masa lalu.

Individu merdeka sadar bahwa mereka berjalan bukan untuk masa lalu, melainkan untuk masa depan.

Bila dikaitkan dengan teori Hirarki Kebutuhan (Abraham Maslow), maka secara spesifik ciri individu merdeka adalah individu yang kebutuhan psikologisnya terpenuhi.

Individu merdeka bebas dari kebutuhan fisiologis, seperti tidak lapar, haus, kepanasan/ kedinginan, serta tidak sakit.

Individu merdeka juga terpenuhi rasa amannya. Mereka tidak merasa takut, cemas, khawatir dan terancam.

Individu yang merdeka merasa dicintai dan mampu mencintai dengan bebas. Mereka memiliki sesuatu yang mereka cintai, dan mereka memiliki kesadaran bahwa mereka bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka.

Individu merdeka adalah indvidu yang bangga dengan diri mereka. Mereka menerima diri mereka apa adanya dan sadar penuh akan potensi yang dimiliki.

Ciri individu merdeka yang terakhir adalah mereka mampu mengaktualisasikan diri mereka sepenuhnya. Mereka mampu dan bebas menjadi versi yang terbaik dari diri mereka.

Berjuang meraih kemerdekaan psikologis

Puji syukur bila hasil refleksi menunjukkan bahwa kita telah merdeka secara psikologis. Bagi yang hasil refleksinya menunjukkan bahwa diri ternyata belum merdeka, ada hal yang dapat dilakukan.

Pertama, belajar menyadari setiap hal yang terjadi pada diri. Hal yang dapat dilakukan adalah berlatih memberi makna atas setiap peristiwa yang dialami.

Kedua, menerima dan memaafkan masa lalu yang pahit dan sebaliknya tidak perlu terus membawa kejayaan yang telah berlalu.

Langkah kedua ini memerlukan keikhlasan. Ikhlas bahwa diri kita bukan satu satunya yang pernah menderita dan juga bukan satu-satunya yang pernah berjaya. Juga perlu ikhlas bahwa setiap individu diberi kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Ketiga, membentuk pikiran yang terbuka dan positif. Hal ini bisa dilakukan dengan berlatih melihat setiap hal mula-mula dari sisi baik.

Hal ini bukan berarti menampik hal yang buruk, tetapi secara terkendali memfokuskan diri lebih besar pada hal baik. Harapan dan optimisme akan tumbuh saat individu melihat segala hal baik adanya.

Keempat, kerja keras dan berjuang dengan cerdas untuk meningkatkan kualitas diri. Seperti halnya sebuah bangsa, individu merdeka seharusnya sosok pribadi yang dapat berdiri di atas kaki sendiri; tidak menggantungkan hidup pada orang lain.

Hanya individu yang memiliki kualitas diri yang akan mamu berdiri di atas kaki sendiri.

Ada sebuah ungkapan bahwa kemerdekaan adalah “buah” perjuangan. Sebagai "buah" kemerdekaan adalah panenan dari individu yang menanam perjuangan.

Maka, setiap individu yang memperjuangkan kemerdekaan psikologisnya pastinya akan mendapatkan.

Sebagai hasil panenan, kemerdekaan tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena bisa "layu" dan "membusuk"; oleh kerena itu bagi yang merasa telah merdeka hendaklah merawatnya.

Mari bersama kita merawat dan memperjuangkan kemerdekaan psikologis, demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com