KOMPAS.com - Seiring dengan berlanjutnya pandemi Covid-19, infeksi ulang atau reinfeksi menjadi norma baru di mana orang-orang yang sudah pernah tertular virus bisa dengan mudah mengalaminya lagi.
Menurut dokter perawatan kritis, Dr Abhijit Duggal, MD, struktur virus Covid-19 bisa berubah, sehingga sistem kekebalan tubuh kita tidak dapat mengenali virus sebagai sesuatu yang pernah menginfeksi di masa lalu.
Jadi, peluang kita untuk reinfeksi Covid-19 juga dapat meningkat ketika virus berubah cukup banyak karena tubuh kita tidak mengingatnya.
Baca juga: Kenali, Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron Dibandingkan Delta
Sama seperti flu atau pilek, sebenarnya tidak ada jumlah yang pasti berapa kali kita akan mengalami reinfeksi Covid-19. Terlebih, jika kita terpapar varian baru yang lebih ganas.
Alasannya adalah bahwa virus Covid-19 lebih seperti virus flu yang ahli dalam mempertahankan diri dan mudah bermutasi, tidak seperti virus cacar air yang tetap sama.
Setelah tubuh kita berhasil melawan varian Covid-19, atau mendapatkan vaksin, sistem kekebalan tubuh dapat menemukan virus yang mencoba untuk kembali.
Sistem kekebalan tubuh kita pun akan mengusir virus seperti penjaga yang sedang berpatroli untuk mencari penyusup yang merepotkan.
Namun, jika pelanggan itu kembali mengenakan kacamata hitam dan kumis palsu beberapa bulan kemudian, penjaga mungkin tidak mengenalinya dan akan mengantarnya ke pesta.
Begitulah yang terjadi ketika virus Covid-19 bermutasi.
Di samping itu, virus ini juga bisa mengubah dirinya sendiri untuk lolos dari pertahanan tubuh tanpa terdeteksi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.