Sementara, yang lain mengatakan kekebalan setelah pemulihan dari Covid-19 hanya berlangsung beberapa minggu.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun mengungkapkan bahwa penelitian sedang berlangsung untuk lebih memahami seberapa cepat orang dapat terinfeksi kembali.
Kabar baiknya, jika kita terkena Covid-19 lagi, kemungkinan tidak separah yang pertama kali kita alami.
"Kami melihat bahwa pada orang yang memiliki kekebalan yang baik dan kuat (orang yang telah terinfeksi sebelumnya atau yang divaksinasi dan memiliki sistem kekebalan yang kuat), maka tingkat keparahan penyakit dari infeksi ulang Covid-19 cukup rendah," kata Duggal.
Namun, untuk orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah karena penyakit kronis, pengobatan, atau faktor lain, mungkin mereka masih berisiko lebih tinggi terhadap infeksi yang lebih serius, bahkan pada putaran kedua atau ketiga.
Baca juga: Hadapi Varian Virus Covid-19 Baru, Perlu Vaksin Booster Kedua?
"Ada begitu banyak variabel yang berperan dalam peluang kita untuk terinfeksi kembali Covid-19," terang Duggal.
"Paparan Covid-19 sebelumnya, status vaksinasi, langkah-langkah pencegahan untuk melindungi diri, dan cara virus itu sendiri berubah dari waktu ke waktu semuanya berperan dalam risiko reinfeksi," jelas dia.
Oleh sebab itu, menjaga diri tetap aman dari virus sangat penting untuk mencegah reinfeksi.
Di samping itu, vaksin Covid-19 adalah salah satu cara terbaik untuk menurunkan risiko reinfeksi, selain langkah-langkah lainnya seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak sosial, serta menjaga jarak dari orang sakit.
"Mengalami Covid-19 sekali tidak memberi kita kekebalan abadi dari infeksi di masa depan," kata Duggal.
"Selama virus terus bermutasi, varian baru akan muncul dan dapat menyelinap melewati sistem kekebalan tubuh kita," imbuh dia.
Baca juga: Sudah Vaksinasi Booster tapi Masih Terinfeksi Covid-19, Kok Bisa?