KOMPAS.com - Serangan jantung merupakan keadaan darurat medis yang serius.
Kondisi ini umumnya memengaruhi mereka yang menjalani diet yang buruk, tidak aktif bergerak, dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah tinggi.
Individu dengan obesitas dan penyakit diabetes juga berisiko menderita serangan jantung.
Menurut Dr Benjamin Ravaee, direktur medis rehabilitasi jantung di Delray Medical Center, insiden penyakit jantung koronoer terus meningkat --khususnya di kalangan anak muda.
"Seringkali hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang buruk, terutama pola makan yang buruk dan kurang olahraga," tutur Ravaee.
"Ini menyebabkan tingkat diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi, yang semuanya meningkatkan risiko serangan jantung."
Baca juga: Waspada Serangan Jantung di Usia Muda, Ini Cara Mencegahnya
Kebiasaan merokok, dan stres juga memperbesar kemungkinan seseorang menderita serangan jantung.
Meski demikian, serangan jantung dapat dihindari dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan terapi medis, tambah Ravaee.
Ia menjelaskan lima gejala serangan jantung yang perlu diwaspadai:
Nyeri dada bisa meliputi sensasi tekanan, sesak, atau berat di bagian dada.
Kondisi ini terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang memadai karena penyumbatan di arteri koroner.
Bagi yang mengalami nyeri dada, disarankan Ravaee untuk segera mencari pertolongan medis.
Baca juga: Perlu Tahu, Hubungan Depresi, Serangan Jantung, dan Olahraga
Gejala serangan jantung tidak selalu nyeri dada.
Beberapa orang bisa mengalami nyeri di area tubuh lain --terutama bagian tubuh sebelah kiri-- karena berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
Apabila mengalami nyeri di rahang, leher, perut, punggung, bahu, atau lengan sebelah kiri, segera periksakan ke dokter untuk mengetahui apakah itu gejala serangan jantung atau masalah lain.