KOMPAS.com - Pada pria, hormon testosteron berfungsi merangsang gairah bercinta, termasuk membantu terjadinya ereksi.
Kadar hormon testosteron dalam tubuh bisa berubah-ubah karena berbagai faktor. Dengan kata lain, hormon ini bisa menjadi tinggi atau rendah.
Dalam dunia medis, testosteron rendah disebut hipogonadisme atau kondisi di mana tubuh pria tidak menghasilkan hormon testosteron yang memadai.
Saat ini sudah banyak pengobatan atau terapi testosteron yang tersedia.
Namun menurut ahli endokrinologi Kevin Pantalone, DO, apa yang lebih penting adalah menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Baca juga: 7 Makanan Penambah Hormon Testosteron untuk Pria
"Ini bukan hanya masalah mengobati kadar testosteron yang rendah," tutur Pantalone, seperti dilansir Cleveland Clinic.
"Tetapi memahami penyebab kadar testosteron rendah dan mengatasi masalah medis yang memicu hal itu."
Pantalone menerangkan apa saja gejala dan tindakan pengobatan testosteron rendah yang sebaiknya diketahui.
Gejala testosteron rendah meliputi:
Jika jumlah testosteron kurang dari sekitar 250 nanogram per desiliter (ng/dL), maka testosteron dianggap rendah.
Baca juga: Tubuh Mudah Lelah, Awas Gejala Testosteron Rendah
Pasien tidak membutuhkan perawatan, kecuali jika pasien itu memiliki jumlah testosteron rendah, dan gejala yang sudah disebutkan di atas.
Apabila terdapat gejala dan kadar testosteron rendah setelah diukur, dokter kemungkinan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup, menjalani terapi testosteron, serta tes lanjutan.
Testosteron rendah merupakan kondisi umum pada individu yang memiliki beberapa penyakit kronis.
Penyakit kronis dapat membuat otak kesulitan mengirimkan sinyal yang tepat pada testis untuk memproduksi testosteron lebih banyak.
Pada kebanyakan orang, mengendalikan masalah kronis dapat meningkatkan kadar testosteron tanpa memerlukan pengobatan lebih lanjut.
Beberapa kondisi yang terkait testosteron rendah yaitu:
Dalam beberapa kasus, mengelola kondisi ini dengan benar dapat meningkatkan testosteron ke kisaran normal dan mengurangi gejala.
Baca juga: Suplemen Testosteron atau Olahraga, Mana Lebih Sehat bagi Pria?
Terapi testosteron akan meningkatkan kadar testosteron dengan mengirimkan testosteron langsung ke aliran darah melalui:
Jenis terapi disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan dan gaya hidup pasien.
Namun, terapi testosteron belum tentu aman bagi setiap orang. Individu yang merencanakan untuk memiliki momongan dianjurkan menghindari terapi ini karena dapat mengurangi kesuburan.
Juga, individu dengan kanker prostat tidak disarankan menjalani terapi testosteron.
Baca juga: 4 Hal Seputar Hormon Testosteron, Pria Wajib Tahu
Adapun kelebihan dan kelemahan dari terapi testosteron sebagai berikut:
Pantalone tidak menganjurkan obat atau suplemen testosteron yang dijual bebas.
Sebab, tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan jika obat atau suplemen tersebut benar-benar bekerja dengan baik.
Baca juga: Diet Rendah Lemak Turunkan Kadar Testosteron pada Pria, Benarkah?
Selain itu, mengobati testosteron rendah tanpa bantuan dokter membuat kita mengabaikan penyakit kronis yang memicu penurunan testosteron. Hal ini bisa berbahaya bagi tubuh.
Jika kita mengalami gejala testosteron rendah, bicarakan dengan dokter.
Dokter akan menjadwalkan tes darah --biasanya di pagi hari, karena kadar testosteron biasanya naik turun di siang hari.
Tidak jarang, dokter juga merekomendasikan tes pencitraan seperti MRI.
Dikatakan Pantelone, ketika mendapati pasien dengan gejala dan kadar testosteron rendah, hal pertama yang dilakukan dokter adalah mencari tahu penyebabnya.
Pada sebagian orang, testosteron rendah merupakan salah satu efek penuaan, atau terkait dengan penyakit kronis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.