Aliran ini juga dikenal luas di era Romawi dan memengaruhi beberapa filsuf/pemikir besar seperti Montaigne, Kant, Nietzsche, dan Deluze.
Dalam konteks masa kini, Stoikisme bisa dikatakan menarik banyak perhatian masyarakat dunia karena ajaran Stoik dipraktikan oleh banyak kalangan masyarakat khususnya generasi muda hingga petinggi perusahaan raksasa seperti Google dan Apple.
Nellie Bowles di New York Times, menuliskan bahwa para petinggi Silicon Valley melakukan hal-hal yang tidak wajar dalam keseharian mereka, seperti duduk di kursi yang tidak nyaman, meditasi dalam waktu yang lama, bahkan mandi di pagi hari yang sangat dingin.
Mereka mencoba tidak terganggu (apatheia) dari hal-hal eksternal dan uniknya, praktik ini bahkan sudah menjadi semacam budaya dan gaya hidup mereka.
Rutinitas kerja dan hidup harian yang penuh tuntutan membuat mereka terlena. Oleh karena itu mereka melakukan itu semua supaya terhindar dari stres yang berpotensi membuat mereka tidak bahagia.
Menurut Sellars (2006), Stoikisme berpandangan bahwa manusia adalah mahluk yang rasional (thoroughly rational animal) dan emosi yang destruktif sebenarnya adalah dampak dari kesalahan dalam penalaran (reasoning) manusia terhadap hal-hal yang dialaminya.
Sementara itu dalam pemaknaan yang lebih kontemporer, Stoikisme kerap diasosiasikan dengan ketenangan tidak emosional dan kesabaran dalam menghadapi kesengsaraan.
A. Setyo Wibowo, 2019, dalam buku Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme menuliskan bahwa menurut Stoikisme manusia bisa mendapatkan kebahagiaan dengan menerima apa yang terjadi kepada dirinya, namun dengan tidak membiarkan emosi negatif mengendalikan dirinya dan semua hal yang ada di dunia ini merupakan rencana alam semesta.
Kebahagiaan, kesedihan, perjumpaan, perpisahan, kematian, kehilangan, kemenangan, dan kekalahan adalah hal yang sangat lumrah terjadi dalam hidup dan pasti dialami oleh semua insan yang hidup.
Dalam Stoikisme, manusia perlu sadar bahwa ia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya adalah bagian sekaligus kesatuan dari alam semesta. Oleh karena itu manusia juga harus mampu menyelaraskan diri dengan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.