Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Stoikisme: Menciptakan Kebahagiaan dari Hal yang Bisa Kita Kendalikan

Kompas.com - 29/08/2022, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika kita terus mempermasalahkan hal-hal tersebut, secara potensial kita akan terus kecewa, sulit untuk menemukan kebahagiaan, meratap, dan terus menyalahkan Sang Pencipta dan manusia.

Singkatnya, filsafat Stoikisme memang mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejatinya datang dari dalam diri kita dan dari kendali kita sendiri. Namun, meskipun begitu hal ini bukan berarti kita hanya memikirkan kebahagiaan diri kita sendiri dan melupakan orang lain.

Menurut Cicero, yang perlu ditekankan dalam Stoikisme adalah perihal etika. Misalnya saja dalam konteks politik, Cicero paham betul bahwa negara dan dunia sosial berada di luar kendalinya dan ia sadar bahwa ia tidak akan bisa membantu orang-orang kelaparan, menghapus praktik korupsi, dan kejahatan di negaranya dengan berdiam diri.

Oleh karena itu, ia harus mencari kemungkinan tertinggi dari keterbatasan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Dengan jabatannya sebagai konsultan negara ia juga wajib berjuang semaksimal mungkin dan berbuat adil bagi orang banyak meski dalam keterbatasan.

Disposisi mental seperti ini seharusnya wajib dicontoh dan dimiliki seorang pejabat publik dan semua manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com