Ketika kortisol jumlahnya meningkat, kita biasanya mengalami rasa lapar sehinhgga terdorong untuk makan berlebihan.
Dan, salah satu pelariannya adalah melahap banyak junk food yang sebenarnya tidak memberikan "bahan bakar" atau nutrisi.
Meski junk food terlihat menarik, kita sebaiknya memprioritaskan makanan yang mengenyangkan dengan gizi seimbang.
Sebagian dari kita menjadi ogah-ogahan untuk berolahraga ketika merasakan stres.
Padahal membuat tubuh terus bergerak membuat kita menjadi lebih tahan dengan stres.
Dalam hal ini, latihan aerobik dalam bentuk apa pun bisa dicoba untuk mengurangi respons biologis terhadap stres.
Selain itu kita juga bisa berjalan untuk melepaskan endorfin yang menenangkan kacaunya pikiran.
Latihan aerobik juga membantu meredakan insomnia yang menjadi pemicu dan gejala stres.
Tidak ada salahnya juga mengombinasikan gerakan agar stres hilang dengan latihan pernapasan, termasuk yoga dan tai chi.
Secara fisiologis, relaksaski merupakan kebalikan dari stres.
Pasalnya ketika kita santai, pernapasan dan detak jantung melambat serta pikiran menjadi lebih jernih.
Sementara itu, relaksasi bisa dibarengi dengan latihan mindfulness untuk mencapai tingkat relaksasi dalam berbagai teknik, seperti yoga, meditasi, atau latihan relaksasi sederhana.
Respon relaksasi dasar pertama kali dijelaskan pada tahun 1975 oleh ahli jantung, pelopor kedokteran pikiran-tubuh, dan peneliti Harvard Medical School Herbert Benson, MD.
Cara terssebut bisa dilakukan dengan dua langkah, yakni tutup mata dan fokus pada napas.
Kemudian pilih frasa, kata, atau doa dan ulangi untuk tetap pada saat ini dan secara perlahan-lahan.
Baca juga: 7 Kalimat Afirmasi Positif untuk Atasi Stres dan Cara Menerapkannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.