Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Quiet Quitting: Fenomena Kerja Seperlunya yang Melanda Anak Muda

Kompas.com - Diperbarui 01/09/2022, 09:24 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber CNN,CNBC

KOMPAS.com - Istilah quiet quitting belakangan meramaikan media sosial karena dianggap sebagai fenomena anak muda di dunia profesional saat ini. 

Quiet quitting artinya melakukan pekerjaan seperlunya sesuai dengan yang diminta atasan maupun kantor, tidak lebih.

Perilaku ini termasuk tetap masuk kantor dengan tepat waktu dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasan namun semuanya dalam batas minimal.

Tidak ada kemungkinan untuk lembur atau memeriksa pekerjaan di luar jam kantor atau komitmen lebih lainnya.

Artinya, tidak ada upaya untuk membuat kinerja kita di kantor menjadi istimewa atau berlebihan karena 'kesetian' pada pekerjaan.

Fenomena quiet quitting ini dianggap sebagai perlawanan atas Hustle Culture yakni pola kerja berlebihan untuk mencapai kesuksesan.

Baca juga: Kenali Hustle Culture, Gila Kerja yang Bisa Berujung Kematian

Quiet quitting demi wujudkan work life balance

Fenomena quiet quitting muncul karena perubahan pola pikir yang dialami para pekerja muda selama pandemi Covid-19.

Hal ini khususnya dipengaruhi dengan dengan perubahan budaya tempat kerja termasuk dengan adanya sistem Work From Home (WFH) maupun hybrid.

Selama pandemi pula, semakin banyak pekerja muda merasa tidak mendapatkan pengakuan dan kompensasi dari kantornya karena bekerja ekstra.

Akibatnya, muncul sikap untuk menolak bekerja terlalu keras sehingga kelelahan hanya demi pekerjaannya.

Perilaku quiet quitting kemudian berfokus pada menciptakan work life balance, kesejahteraan diri fisik maupun emosional dan hanya bekerja sesuai ongkos.

Baca juga: Gaya Hidup Work Life Balance, Ini yang Perlu Kamu Ketahui

Jaya Dass, direktur pelaksana Randstad, perusahaan HRD, untuk Singapura dan Malaysia menilai fenomena ini sebagai bentuk para pekerja yang kini merasa lebih berdaya untuk mengendalikan pekerjaan dan kehidupan pribadinya.

“Apa yang dulunya merupakan tantangan pasif agresif dari work life balance sekarang menjadi permintaan yang sangat langsung,” katanya.

“Itu bukan permintaan lagi. Ini adalah tuntutan," tandasnya.

Ilustrasi bekerja secara daring.Dok. Shutterstock Ilustrasi bekerja secara daring.
Perilaku ini juga menjadi opsi paling masuk akal bagi orang yang tidak bisa begitu saja berhenti dari pekerjaannya meskipun tidak menyukainya.

Halaman:
Sumber CNN,CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com