Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui, Risiko Gunakan Skincare Orang Dewasa untuk Kulit Bayi

Kompas.com - Diperbarui 07/01/2023, 11:39 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Media sosial sempat diramaikan konten TikTok seorang ibu yang memberikan krim wajah dewasa untuk bayinya yang baru berusia beberapa bulan.

Produk skincare untuk orang dewasa itu disebut ampuh mengobati kulit memerah dan beruntus yang diderita anaknya, dibandingkan krim yang diperuntukkan bagi anak-anak.

Sejumlah netizen menyebut tindakannya berisiko, apalagi krim wajah tersebut masih dipertanyakan keamanannya maupun legalitasnya.

Terlepas persoalan konten tersebut, bolehkah kita menggunakan krim wajah dewasa untuk mengatasi permasalahan kulit bayi?

Baca juga: Merawat Kesehatan Kulit Bayi, Begini Caranya

Perbedaan kulit bayi dengan orang dewasa

Dermatologi, dr. Arini Astasari Widodo, Sp.KK mengatakan bayi, terutama yang baru lahir, memiliki kulit yang berbeda dengan orang dewasa.

Kulit mereka lebih tipis, ukuran sel lebih kecil dan pembentukan komponen yang menunjang kelembaban kulit belum sempurna sehingga fungsi barrier (sawar) kulit akan masih dalam proses maturasi.

Akibatnya, penguapan air lebih mudah terjadi, begitu pula masuknya toksin, allergen, iritan, dan lainnya menjadi lebih mudah ke kulit.

"Secara sktruktur kulit, bayi memiliki kulit 30 persen lebih tipis dibanding kulit orang dewasa," katanya dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, kemarin.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Kulit Bayi dengan Tisu Basah Bebas Alkohol

Selain itu, ada banyak faktor lain yang membuat kulit bayi berbeda dengan orang dewasa sehingga jauh lebih sensitif.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Archives of Dermatological Research pada 2017, setidaknya terdapat tiga hal yang membuat kulit bayi sensitif, yakni:

  • Bayi memiliki lapisan epidermis terluar (stratum korneum) yang lebih tipis
  • Proses penyerapan air di kulit bayi yang berbeda dengan orang dewasa
  • Faktor pelembab alami dan produksi lipid kulit pada bayi lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa sehingga kulit bayi lebih mudah kehilangan kelembapan maka membutuhkan perawatan khusus, berbeda dengan kulit orang dewasa pada umumnya.

Kulit bayi juga lebih rentan terhadap perubahan suhu, memiliki rambut lebih sedikit, serta memproduksi lebih sedikit melanin yang melindungi dari sinar matahari.

Terlebih, kelenjar minyak dan kelenjar keringat kulit bayi belum berfungsi secara utuh sehingga penguapan air akan lebih tinggi terjadi karena mereka belum bisa beradaptasi dengan baik terhadap suhu lingkungan.

Baca juga: 9 Mitos Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir dan Faktanya

Jangan asal pilih krim untuk bayi

Ilustrasi beruntusan pada bayi.SHUTTERSTOCK/all_about_people Ilustrasi beruntusan pada bayi.
"Tidak semua krim untuk dewasa berbahaya untuk bayi, akan tetapi kita tidak tahu, apakah krim tersebut aman atau tidak untuk bayi," tandas Dokter Arini.

Apalagi jika produk tersebut tidak didesain khusus untuk bayi dan belum memiliki sertifikasi BPOM sebagai skincare bayi.

Ia menerangkan, berdasarkan regulasi BPOM, terdapat bahan aktif yang tidak boleh digunakan anak namun ada juga bahan aktif pada bayi di bawah umur tertentu.

Baca juga: 7 Produk Bayi yang Harus Diwaspadai demi Keselamatan Si Kecil

"Kadang kita tidak bisa menghakimi suatu ingredients berbahaya/tidak berbahaya, tapi harus menilai dari kadar aman suatu bahan," jelasnya.

Ada beberapa bahan yang diperbolehkan untuk dewasa tetapi ada bahan yang dibatasi  penggunaannya dan konsentrasinya pada bayi atau anak dalam batas usia tertentu.

Demikian pula, ada produk yang tidak boleh digunakan dalam bentuk spray atau digunakan di area tertentu.

Jika nekat menggunakan krim dewasa untuk mengatasi permasalahan kulit bayi maka kita harus mewaspadai risikonya.

Pasalnya, perbedaan kondisi kulit bayi membuat mereka memiliki risiko toksisitas yang lebih tinggi dari orang dewasa.

Faktor lainnya juga soal luas permukaan tubuh dibandingkan berat badannya yang lebih tinggi dibandingkan dewasa sehingga potensi adanya absorpsi (penyerapan) bahan berbahaya melalui kulit menjadi lebih besar.

Toksisitas ini dapat bersifat lokal (setempat) atau sistemik (memiliki efek ke seluruh tubuh).

Baca juga: Cara Mengecek Kosmetik yang Terdaftar di BPOM

Dokter Arini menilai efek pada anak tentu bergantung pada bahan yang ada pada skincare tersebut.

Misalnya ada yang bersifat iritatif, ada yang meingkatkan risiko alergi, ada yang dapat memicu eksim/dermatitis, dan lain-lain.

Namun beberapa kandungan juga ditakutkan diserap melalui kulit, terserap di darah dan menimbulkan efek sistemik.

"Sehingga tidak sebatas efek pada kulit saja tapi bisa mengganggu kesehatan organ dalam," ujarnya. 

Oleh sebab itu, ia menyarankan membeli produk yang diperuntukan untuk anak dan sudah lulus BPOM guna menjamin keamanannya untuk buah hati.

Baca juga: Apakah Skincare Non-BPOM Aman Digunakan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com