Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/09/2022, 09:21 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terapi ikan atau fish pedicure merupakan salah satu tren yang cukup digemari masyarakat Indonesia, terutama pada beberapa tahun ke belakang.

Biasanya, fish pedicure ini dilakukan dengan memanfaatkan ikan bernama Garra rufa alias “doctor fish” yang berasal dari Timur Tengah.

Adapun metodenya, sebenarnya sederhana. Orang-orang akan memasukkan kaki mereka ke dalam sebuah kolam berisi air yang dihuni ikan-ikan Garra rufa, dan ikan-ikan itu pun akan memakan sel kulit mati dari kaki orang-orang tersebut.

Diyakini, fish pedicure ini dapat memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari melembutkan kapalan, membantu menghilangkan kutikula gelap, hingga meningkatkan sirkulasi darah.

Kendati demikian, banyak ahli mengatakan bahwa ada bahaya yang mengintai di balik fish pedicure ini, baik bagi manusia maupun ikan-ikan yang digunakan.

Tak heran, fish pedicures justru dilarang di berbagai negara, termasuk 10 negara bagian di Amerika Serikat, Meksiko, dan Eropa.

Baca juga: Lakukan Ini untuk Mencegah Infeksi Setelah Pedicure

Simak pendapat dokter kulit Shilpi Khetarpal yang dilansir dari Cleveland Clinic berikut untuk mengetahui bahaya fish pedicure.

  • Infeksi

Bahaya fish pedicure yang pertama adalah infeksi,

Untuk mengurangi biaya, kebanyakan pemilik akan menggunakan ikan yang sama berulang kali untuk pelanggan yang berbeda-beda. Artinya, risiko penyebaran infeksi pun meningkat.

Bahkan menurut sebuah tes yang dilakukan di Eropa pada 2011, ditemukan bahwa ikan Garra rufa memiliki strain Streptococcus Agalactaie group B yang dapat menyebabkan pneumonia serta infeksi tulang dan sendi.

  • Luka pada kuku

Umumnya, ikan ini menggigiti kulit kering dan mati namun membiarkan kulit dan kuku yang sehat tetap utuh.

Tapi beberapa waktu lalu, seorang wanita berusia 20-an melaporkan dirinya mengalami cedera kuku parah setelah melakukan fish pedicure ini.

Wanita ini sama sekali tidak merasakan nyeri apa pun selama terapi dilakukan. Ia baru menyadari saat kuku barunya mulai tumbuh, yaitu sekitar tiga sampai enam bulan kemudian.

Dalam kasus ini, ikan yang menggigit sel kulit mati itu ternyata bisa menyebabkan trauma yang menghentikan produksi lempeng kuku di kuku kaki.

Wanita tersebut pun didiagnosis dengan onikomadesis, suatu kondisi yang menyebabkan kuku rontok lalu terkelupas dengan sendirinya..

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com