Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 20/10/2022, 08:13 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber People

KOMPAS.com - Seorang pria bernama Jacob Stevenson masih ingat betul berat badannya mencapai 200 kg dua tahun lalu karena cara makannya yang ekstrem.

Dia makan hampir sekotak penuh sereal untuk sarapan, lima potong pizza di kemudian hari, dua burger Double Quarter Pounders di McDonald's, dada ayam, dan banyak pasta.

"Saya pada dasarnya memiliki kecanduan makanan. Saya hanya menyukai perasaan makan, dan saya benar-benar akan makan sampai saya muntah," kata pria yang tinggal di Adams, New York, kepada Today.

Obesitas saat kecil membuat pria berusia 30 tahun itu selalu menjadi orang terbesar di ruangan.

Baca juga: Impikan Tubuh Kurus, Ada 5 Tips Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga

Hal tersebut berlanjut hingga dewasa akibat kombinasi makan berlebihan, kurang olahraga, dan riwayat obesitas dalam keluarga.

Seiring berjalannya waktu, obesitas berdampak pada kesehatannya.

Stevenson pun mulai kelelahan sejak bangun tidur hingga tidur kembali.

Dia mengalami sleep apnea yang begitu parah, sehingga dokternya mengatakan bahwa dia hampir tidak bernapas di malam hari.

Stevenson juga mengungkapkan bahwa ia akan terbangun dengan sakit kepala terus-menerus karena kekurangan oksigen.

Keinginan untuk mengubah pola hidup

Melihat timbangannya sudah mencapai 200 kilogram pada bulan September 2020, itu memicu Stevenson untuk mengubah pola hidupnya.

"Saya merasa malu karena saya membiarkan diri saya sampai pada titik itu."

"Saya merasa tidak enak. Jika saya pergi ke rumah seseorang, saya akan duduk di sofa dan mengambil selimut atau bantal untuk mencoba menutupi lemak saya," kata dia.

"Dokter juga mengatakan, saya harus melakukan sesuatu sekarang atau saya tidak akan hidup sampai usia 50 tahun," sambung dia.

Baca juga: Jogging Malam, Efektif Menurunkan Berat Badan?

Masa depan keluarganya juga dipertaruhkan. Stevenson dan istrinya ingin memiliki anak, tetapi jika dia masih obesitas maka impian mereka tidak akan pernah terwujud.

Pada saat itulah ia memutuskan untuk operasi bariatrik dengan menjalani bypass lambung Roux-en-Y pada bulan Oktober 2020.

Menurut American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, pembedahan ini melibatkan pembagian perut menjadi bagian atas yang lebih kecil — kantong seukuran telur — sambil melewati bagian yang lebih besar.

Kantong tersebut menampung lebih sedikit makanan daripada seluruh perut, sehingga seseorang menelan lebih sedikit kalori.

Pembedahan ini juga memiliki "efek mendalam" pada penurunan rasa lapar dan menghasilkan penurunan berat badan yang dapat diandalkan, serta tahan lama.

Hampir dua tahun kemudian, Stevenson telah kehilangan separuh berat badannya dan sekarang ia memiliki berat 100 kg.

Ini semua berkat prosedur operasi, asupan nutrisinya, dan rejimen olahraganya.

Baca juga: 5 Fakta Diet Puasa Elon Musk, Berat Badan Turun 9 Kg, Mau Tiru?

Bahkan, kini Stevenson mengikuti perlombaan lari lima kilometer dan sedang mempersiapkan diri untuk kompetisi binaraga di Texas pada bulan Oktober.

"Energi yang saya miliki, kepercayaan diri yang saya miliki, sungguh menakjubkan," katanya.

Halaman:
Sumber People


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com