Oleh: Alifia Riski Monika dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Selingkuh berarti merusak komitmen yang sudah dibangun bersama pasangan. Mulai dari hilangnya kepercayaan hingga gejolak emosional yang dirasakan korban dan orang yang terlibat, tentu tak ada yang menginginkan pengalaman seperti itu.
Perselingkuhan dalam pernikahan bukan hanya menyakitkan, tetapi juga membawa dampak buruk bagi mental. Selingkuh buat kita dimanipulasi dan dibodohi oleh pasangan.
Ada beragam faktor yang menyebabkan orang selingkuh. Misalnya, kebutuhan yang tak tercukupi, latar belakang gender, dan adanya kesempatan.
Kasus perselingkuhan juga dibahas oleh dra. Astrid Regina Sapiie, Psikolog Klinis dan CEO Dear Astrid, yang mengulas dampak hingga penyebab perselingkuhan berdasarkan cuplikan kisah nyata. Penjelasannya ini bisa didengarkan lewat siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Selingkuh Boleh Dimaafkan, Asal..”
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dra. Astrid, seseorang bisa memenuhi kebutuhan orang lain sampai tujuh kali, sementara ada 40 yang tidak bisa dipenuhi.
Lantas, mengapa orang bisa selingkuh? Hal ini berhubungan dengan pernyataan di atas, yaitu selalu ada orang lain yang bisa memenuhi kebutuhan kita saat pasangan tidak bisa melakukannya.
Misalnya, saat suami punya istri yang sangat cerewet, ia juga memiliki sekretaris yang tenang dan pendiam. Artinya, sekretaris ini mudah menarik perhatiannya sebab bisa memenuhi kebutuhan akan ketenangan.
Baca juga: Hipnoterapi pada Gangguan Kecemasan, Ampuhkah?
Tak hanya itu, selingkuh juga bisa berasal dari ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan memosisikan perempuan di bawah laki-laki sehingga mereka bisa memiliki lebih dari satu perempuan.
Bahkan, banyak laki-laki yang merasa bangga saat memiliki banyak perempuan.
Adanya kesempatan juga tak luput dari terciptanya peluang seseorang untuk selingkuh. Hal ini sering terjadi di lingkungan perkantoran karena intensitas pertemuan di kantor cukup tinggi. Itu sebabnya, tak jarang sering ditemukan friends with benefit (FWB) dengan teman sekantor.
“Orang selingkuh karena ada kesempatan. Banyak terjadi di perkantoran. Makan siang, kerja ketemu orang itu lagi itu lagi. Apalagi kalo ada kerjaan keluar kota,” ujar dra. Astrid.
Ada orang-orang tertentu yang tidak bisa berkomitmen bersama pasangan. Kepribadiannya selalu tertarik berpetualang dengan pasangan baru. Orang seperti inilah yang bisa dikaitkan dengan isu kesehatan mental.
Sebab, ia tidak bisa patuh terhadap norma, komitmen, dan nilai kejujuran.
Padahal, tindakannya ini bisa berdampak pada mental korban perselingkuhan. Akan tetapi, sering kali mereka tidak sadar bahkan bisa menyebabkan korbannya depresi dan trauma menjalin hubungan baru.