Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Sebagai manusia, anak juga memiliki caranya tersendiri untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak berbeda satu sama lain dan tidak bisa disamaratakan. Terkadang orang-orang terdekat anaklah yang justru melupakan hal ini, termasuk orangtua.
Keinginan untuk melihat anak menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak tertinggal terkadang malah membuat orangtua menuntut anak melakukan banyak hal. Terlebih, orangtua juga kerap kali membandingkan anak dengan saudaranya atau teman-temannya.
Orangtua mungkin berpikir bahwa perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran agar anak bisa mencontoh hal baik yang didapatkan orang lain. Tapi orangtua tidak sadar bahwa perbandingan itu bisa melukai harga diri anak.
Bukan hanya itu, anak juga dapat berbalik tidak lagi menyukai orangtuanya dan ingin kebebasan. Hal ini pula yang dialami oleh tokoh Rara dalam siniar Obrolan Meja Makan episode “Ibuku Membenci Diriku Part 2” ketika ia selalu dibanding-bandingkan oleh orangtuanya dengan kesuksesan kakaknya.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan anak jika dirinya terus dibanding-bandingkan.
Anak-anak belum sepenuhnya mampu memilah perkataan yang harus ia dengarkan dan yang tidak. Oleh karenanya, ketika dibandingkan dengan yang lain, hal pertama yang ia rasakan adalah perasaan rendah diri.
Baca juga: Hipnoterapi pada Gangguan Kecemasan, Ampuhkah?
Coopersmith mendefinisikan harga diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan individu terhadap diri sendiri. Hal ini mencakup sikap penerimaan dan penolakan yang menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berharga, dan dapat berhasil.
Orangtua yang terus membandingkan anak akan membuat anak tersebut kehilangan momentum untuk menetapkan harga dirinya sendiri. Sehingga anak cenderung merendahkan dirinya dan terus berpikir bahwa ia tidak mampu.
Selain itu, Profesor Universitas Brigham, Young (BYU), juga menemukan bahwa anak yang dipandang kurang pintar oleh orangtuanya akan cenderung berprestasi lebih buruk secara akademis.
Hasil tersebut berdasarkan studi yang berfokus pada saudara kandung dan prestasi akademik yang berbeda, dengan indikasi orangtua yang menjadikan salah satu anaknya sebagai contoh. Dalam hal ini, studi menemukan bahwa lebih banyak orangtua yang merasa bahwa anak sulung mereka lebih pintar dibanding adiknya.
Dampak negatif lainnya adalah pengaruh pada beban psikologis anak. Anak akan selalu merasa tidak puas dengan pencapaiannya karena terbiasa dituntut untuk selalu lebih oleh orangtua sendiri.
Rasa kompetitif ini akan memunculkan dampak positif dan negatif. Namun, anak akan terus diselimuti perasaan negatif jika dirinya gagal karena pikiran-pikiran tidak akan dicintai orang lain.
Orangtua harus meluangkan waktu untuk mendengarkan anak-anak mereka dan berusaha memahami proses berpikir anak.
Sebagai individu, akan ada masanya anak bisa mengungkapkan rasa suka dan tidak suka. Dalam hal ini, biarkan mereka berpikir sendiri tanpa dibimbing dan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan pendapat siapa pun.
Baca juga: Kiat Agar Orangtua dan Anak Saling Mengerti