Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Perlu Quiet Quitting, 3 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Burnout

Kompas.com - Diperbarui 04/01/2023, 10:40 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Quiet quitting adalah tindakan bekerja seperlunya, yang kini menjadi fenomena di kalangan anak muda.

Perilaku ini dilakukan dengan menyelesaikan pekerjaan sesuai upah, tanpa dedikasi lebih atau upaya meningkatkan prestasi karier.

Banyak yang berdalih quiet quitting diterapkan untuk mewujudkan work life balance, khususnya ketika pekerjaan sangat memicu stress sehingga kita merasa burnout.

Namun ada juga yang mengkritisinya sebagai perilaku meninggalkan tanggung jawab pekerjaan, secara halus.

Baca juga: Belajar dari Fenomena Quiet Quitting

Quiet quitting bukan satu-satunya solusi saat burnout di kantor

Quiet quitting dianggap sebagai solusi ketika burnout akibat beban pekerjaan yang menumpuk, stres berlebih atau jam kerja di luar batas.

Dengan cara ini, kita bisa tetap bekerja dan tidak kehilangan penghasilan namun secara perlahan menarik diri dari pemicu stres berlebihan itu.

Psikolog industri dan pakar perilaku, Dr. Natalie Baumgartner mengatakan quiet quitting mungkin bisa menghilangkan burnout untuk sesaat namun ini bukan solusi terbaik untuk jangka panjang.

Baca juga: Beda dengan Stres, Kenali Penyebab dan Tanda Burnout

Sebaliknya, ia menyarankan tiga solusi lainnya dibandingkan melakukan quiet quitting dalam pekerjaan.

Jadilah efisien

"Jika Anda akan mengadopsi beberapa tingkat quiet quitting, maka jam-jam yang dihabiskan di pekerjaan Anda harus dimaksimalkan dan efisien," kata Michael Timmes, spesialis sumber daya manusia senior di Amerika Serikat.

Dengan cara ini, kita akan tetap menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan dalam karier sambil juga mengeksplorasi kreativitas dan hasrat yang dapat memberikan kebahagiaan.

Baca juga: Benarkah Quiet Quitting Baik untuk Kesehatan Mental? Ini Pendapat Ahli

Selain itu, disarankan juga untuk tetap menjadi orang yang positif di tempat kerja untuk membuktikan profesionalitas.

Merasa memiliki

Perilaku ini berawal dari perasaan negatif ketika merasa terlalu banyak bekerja dan kurang dihargai.

“Tidak ada yang suka menjadi seperti itu. Itu bukan kondisi manusia yang diinginkan orang," kata Baumgartner.

Namun ini tidak akan membuat kita mendapatkan penghargaan yang layak dari kantor.

Baca juga: Ini Tandanya jika Kita Sebenarnya Berperilaku Quiet Quitting di Kantor

Disarankan untuk membangun rasa memiliki terhadap pekerjaan dan mencari tahu alasan sesungguhnya kita mengalami burnout.

Halaman:
Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com