Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sunardi Siswodiharjo
Food Engineer dan Praktisi Kebugaran

Food engineer; R&D manager–multinational food corporation (2009 – 2019); Pemerhati masalah nutrisi dan kesehatan.

Melawan Sabotase Industri dan Melepas Belenggu Makanan Ultra Proses

Kompas.com - 16/09/2022, 09:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IF we could give every individual the right amount of nourishment and exercise, not too little and not too much, we would have found the safest way to health” (Hippocrates).

Petuah itu sudah berusia ribuan tahun. Namun, muatan dan konteksnya masih tetap relevan untuk kondisi kita saat ini. Intinya, dengan jumlah nutrisi dan olahraga yang tepat, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, kita akan menuju ke cara paling aman untuk tetap sehat.

Hippocrates adalah Bapak Kedokteran. Sumpah yang secara tradisional dilakukan para dokter tentang etika yang harus mereka lakukan dalam menjalan praktik profesinya disebut dengan Sumpah Hippocrates.

Baca juga: Studi: Makanan Olahan Menyebabkan Degenerasi Otak

Namu, sangat disayangkan sekarang ini masih sangat banyak pelaku industri makanan modern yang kerap menampilkan sisi kelam kapitalisme dengan memunculkan banyak perubahan baru yang sungguh mengganggu.

Salah satu contoh yang paling menonjol adalah evolusi produksi pangan industri yang mengubah pola makan masyarakat, dari sebagian besar makanan utuh (whole food) ke ultra-procesed food (UPF) atau makanan ultra-olahan/ultra-proses.

Pada pola itu, proses pengolahan makanan dirancang untuk membuat konsumen ketagihan dengan memasukkan banyak gula, garam, lemak, dan perasa, yang pada akhirnya memicu krisis obesitas.

Hal tersebut merujuk pada paparan Prof Geoffrey E Schneider (2021) dari Bucknell University, Pennsylvania, dalam pertemuan tahunan Association For Evolutionary Economics (AFEE).

Hal itulah yang di Amerika Serikat disebut sebagai “sabotase industri”. Frasa ini digunakan untuk menggambarkan perilaku destruktif para pemimpin industri, yang terus mencari dan meningkatkan keuntungan demi kepentingan perusahaan atau pemegang saham.

Sayangnya, upaya tersebut selalu didukung sistem politik yang ada.

Seperti diketahui, obesitas adalah pemicu berbagai jenis non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, ginjal kronis, diabetes melitus (DM), kanker, dan stroke.

Lalu bagaimana kondisi di Indonesia? Secara empiris, keadaan tidak jauh berbeda. Konsumen dimanjakan dengan kemudahan akses untuk mendapatkan UPF yang memenuhi hampir semua kriteria keinginan konsumen, yaitu harga yang terjangkau, rasa lebih enak dan praktis, serta lebih awet.

Ilustrasi produk makanan kemasan. SHUTTERSTOCK/RADU BERCAN Ilustrasi produk makanan kemasan.
Makanan utuh vs makanan ultra-olahan

Menurut Harvard Health Publishing, makanan utuh (whole food/WF) merupakan makanan yang belum diproses atau diproses secara minimal, di mana kandungan vitamin dan nutrisinya masih relatif utuh.

Umumnya makanan itu masih dalam keadaan alami atau hampir alami seperti wortel, apel, ayam mentah, melon, dan kacang mentah tanpa garam. Sifat utama WF adalah rendah kalori, tinggi serat, dan awet kenyang.

Sementara itu, makanan ultra-olahan atau ultra-processed food (UPF)adalah makanan yang sudah mengalami banyak tahap proses pengolahan.

Umumnya, UPF memiliki banyak bahan tambahan seperti gula, garam, lemak, dan pewarna, pengental, penstabil, pengawet, dan pemanis buatan.

Contoh UPF yaitu makanan beku, soft drink, potongan daging dingin, makanan cepat saji, kue kering kemasan, makanan ringan asin, sereal sarapan, biskuit, jus buah kemasan, keripik kemasan, sosis, dan nugget.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com