Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Review Sepeda Brompton P-Line Rp 50 Juta, Keunggulan dan Kekurangannya

Kompas.com - 16/09/2022, 12:58 WIB
Glori K. Wadrianto

Penulis

KOMPAS.com - Kehebohan soal sepeda lipat Brompton di masa awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tentu masih lekat di ingatan kita.

Banyak orang -kala itu- berbondong-bondong memburu sepeda lipat buatan Inggris ini hingga produknya lenyap di pasaran, atau kalau pun ada harganya melambung berkali-kali lipat.

Kini, masa-masa itu sudah berlalu. Namun kehadiran varian baru Brompton P-Line di pasar Indonesia, tetap mengundang perhatian -terutama di kalangan penikmat sepeda.

Seri P-Line ini mengingatkan kita pada seri Brompton superlight yang sudah ada sebelumnya -tepatnya sejak 2005.

P-Line diperkenalkan pada akhir tahun 2021, dan saat ini sudah dapat diperoleh di pasar Indonesia, terlebih dengan kehadiran perwakilan resmi, Brompton Bicycle Indonesia di Tanah Air.

Keunggulan dari sepeda ini adalah kombinasi percepatan eksternal 4 speed, dan bobotnya yang lebih ringan dibanding varian klasik Brompton.

Baca juga: Three Peaks Challenge, Lomba Balap Sepeda Brompton Digelar di Jakarta

"Eh iya, enteng banget ya," begitu komentar spontan Andin (35) sambil mengangkat sepeda P-Line dengan memegang sadel hingga roda belakangnya terangkat.

Andin adalah pengguna seri klasik M6L, sehingga dapat dengan mudah mengenali perbedaan P-Line dengan Brompton miliknya.

Tak cuma Andin, Anastasia (48) yang juga sudah terbiasa memakai Brompton klasik S6L memiliki pendapat serupa.

Berdasarkan data spesifikasi resmi yang dirilis Brompton, sepeda buatan tangan asal Inggris ini bobotnya adalah 9,65 kilogram.

Artinya, selisih dengan sepeda Brompton klasik tak sampai 2 kilogram. Mungkin berkisar antara 1,4-1,6 kilogram saja.

"Tapi kalo pas diangkat kayaknya bedanya banyak banget ya. Ini (P-Line) terasa enteng," sebut Anastasia dengan nada terkejut.

Baca juga: 2 Pesepeda Brompton Monas Taklukkan London-Edinburgh-London 1.594 Km dalam 105 Jam

Keunggulan sepeda Brompton P-Line

Brompton P-Line memiliki bobot yang lebih ringan dari varian Brompton klasik, hingga memudahkannya untuk dibawa berganti moda transportasi oleh para komuter.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Brompton P-Line memiliki bobot yang lebih ringan dari varian Brompton klasik, hingga memudahkannya untuk dibawa berganti moda transportasi oleh para komuter.
Bobot yang lebih ringan memang adalah salah satu keunggulan yang ditawarkan varian P-Line. 

Meski tak seringan varian titanium T-Line, yang diklaim berbobot hanya 7,95 kilogram, namun perbedaan material dan selisih harga keduanya memang tak bisa dibandingkan.

Redaksi Kompas.com pun sempat menjajal P-Line untuk menempuh jalur perkotaan di Jakarta sepanjang lebih dari 70 kilometer beberapa waktu lalu.

Sangat mudah dirasakan, bobot yang lebih ringan dibandingkan sepeda Brompton "biasa" menawarkan kemudahan tersendiri. 

Khususnya, saat kita harus berganti moda transportasi ke MRT -misalnya. Usaha untuk mengangkat sepeda ini jadi terasa lebih menghemat tenaga.

Pengurangan bobot pada sepeda ini didapat tak lain berkat penggunaan material titanium pada bagian triangle dan fork.

Seperti disebut di atas, sebenarnya penggunaan titanium sudah ada sejak varian superlight dirilis tahun 2005.

Inovasi yang benar-benar baru dan belum pernah dilakukan Brompton sebenarnya adalah penggunaan eksternal gir dengan empat percepatan.

Penggunaan eksternal gir untuk mengurangi bobot Brompton memang sudah banyak dilakukan oleh para modifikator Tanah Air. Entah menjadi 3 speed, 5 speed, dan bahkan 7 speed pun ada.

Tetapi, versi "resmi" pabrikan untuk 4 speed eksternal ini menjadi pertama kali disematkan pada Brompton seri P-Line.

Baca juga: T Line, Sepeda Baru Brompton Full Titanium, Berat Cuma 7,45 Kg

Nah, dua pembeda ini yang mampu memangkas bobot P-Line. Sebab, pada varian 6 speed klasik, Brompton menggunakan internal gir untuk 3 percepatannya dengan hub besar dan lebih berat.

Selanjutnya, ada beberapa hal menarik yang dapat dikategorikan sebagai keunggulan dalam varian P-Line ini.

  • 4 speed lebih ringan dan praktis

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, penggunaan rear derailleur untuk 4 percepatan eksternal -selain lebih ringan, juga terasa praktis.

Bayangkan saja, hanya ada satu shifter di sisi kiri pengendara, yang membuat kombinasi percepatan terasa lebih simpel.

Lalu, kabel-kabel yang menjuntai pun berkurang satu, karena ketiadaan internal gir. Total hanya ada tiga set kabel yang ada di handlebar, dua rem dan satu shifter.

Baca juga: Lebih Ringan 1,5 Kg dari Baja Sejenis, Ini Wujud Sepeda Baru Brompton

Perawatan eksternal gir juga akan lebih mudah ketimbang internal gir yang memerlukan perawatan khusus, terutama saat berhadapan dengan air dan lumpur.

Namun, kombinasi ini bukan tanpa kekurangan. Kita akan membahasnya pada bagian akhir artikel ini.

  • Seatclamp "anti melorot"

Struktur seatclamp Brompton klasik (kiri) cuma membungkus baut dengan material plastik membuat fitur pengunci seatpost kerap tak bisa mencekram lebih kencang. Pada varian P-Line (kanan) persoalan ini lenyap. Seatpost bakal terpasang dengan tinggi yang tetap berkat seatclamp aluminium yang kokoh mencengkram seatpost. KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Struktur seatclamp Brompton klasik (kiri) cuma membungkus baut dengan material plastik membuat fitur pengunci seatpost kerap tak bisa mencekram lebih kencang. Pada varian P-Line (kanan) persoalan ini lenyap. Seatpost bakal terpasang dengan tinggi yang tetap berkat seatclamp aluminium yang kokoh mencengkram seatpost.
Bagi para penggemar Brompton, kasus seatpost yang melorot adalah pengalaman yang lazim terjadi.

Meski tak semua Brompton mengalami hal ini, namun pembahasan tentang seatpost yang melorot adalah hal biasa.

Struktur seatclamp Brompton yang "cuma" membungkus baut dengan material plastik membuat fitur pengunci seatpost tersebut tak bisa mencekram lebih kencang. 

Sebab, bila diperkuat maka material plastik yang membungkus baut seatclamp yang akan bergeser dan jebol.

Solusi yang selama ini dilakukan adalah mengganti seatclamp dengan produksi aftermarket berbahan aluminium, atau mengganti seatpost dengan bahan titanium.

Kedua kombinasi solusi itu bisa menjawab keluhan seatpost melorot pada sepeda Brompton.

Nah, pada varian P-Line persoalan ini seketika sirna. Seatpost bakal terpasang dengan tinggi yang tetap berkat bentuk seatclamp yang seluruhnya terbuat dari bahan aluminium.

Baca juga: Varian Sepeda Lipat Brompton Segera Berganti Nama, Ada Apa?

Dibalut dengan warna hitam alloy anodize, seatclamp ini pun terlihat lebih mewah dan sporty.

Versi seatclamp ini sebelumnya sudah digunakan pada edisi spesial Brompton CHPT 3.

Nampaknya, akan sangat sempurna jika model ini pun dipakai pada varian klasik.

Atau, akan menggembirakan jika Brompton menjualnya sebagai sparepart untuk para pemakai Brompton "lawas".

  • Titanium meredam getaran

Pola lingkaran pada pangkal fork Brompton P-Line menjadi penanda bahwa bagian ini terbuat dari titanium, yang dikenal kuat namun lentur sehingga baik dalam meredam getaran.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Pola lingkaran pada pangkal fork Brompton P-Line menjadi penanda bahwa bagian ini terbuat dari titanium, yang dikenal kuat namun lentur sehingga baik dalam meredam getaran.
Seperti yang sudah disebut di atas. P-Line menggunakan bahan titanium untuk bagian fork dan triangle, hingga menghasilkan sepeda yang tetap kuat, namun lebih ringan.

Namun tak hanya itu. Ternyata sifat dasar titanium yang lebih lentur mampu meredam getaran sangat terasa ketika sepeda lipat ini dipakai di atas permukaan yang kasar.

Baca juga: Layanan Baru, Sewa Sepeda Brompton Rp 19.000 per Hari

Jika, pada varian klasik getaran di jalan beraspal kasar bisa terasa hingga ke telapak tangan -apalagi jika tekanan ban dipasang pada posisi lebih keras-, maka titanium cukup mampu meredamnya.

Tentu saja, hal ini memberikan pengalaman yang baik bagi pengguna. Sensasi bersepeda nyaman pun kian terasa.

  • Suspension block baru

Suspension block berbentuk kotak pipih ini merupakan inovasi baru dari Brompton pada varian P-Line. Dalam penggunaannya, suspension block ini terasa lebih rigid hingga memungkinkan tenaga tersalur maksimal pada putaran roda.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Suspension block berbentuk kotak pipih ini merupakan inovasi baru dari Brompton pada varian P-Line. Dalam penggunaannya, suspension block ini terasa lebih rigid hingga memungkinkan tenaga tersalur maksimal pada putaran roda.
Brompton adalah sepeda yang dibangun tanpa shock breaker. Namun, berbeda dengan banyak sepeda lain, Brompton klasik dilengkapi dengan suspension block berbahan polyurethane berbentuk silinder.

Suspension block yang lentur ini menjadi penghubung antara main frame dan triangle yang berfungsi sebagai peredam kejut.

Bagi penikmat Brompton yang mendambakan kecepatan dan power dalam bersepeda, part ini seringkali diganti dengan produk aftermarket yang dikenal lebih keras.

Pasalnya, kelenturan suspension block standar terkadang menjadi kendala saat pesepeda ingin sepenuhnya menyalurkan tenaga dari kayuhan demi percepatan.

Suspension block yang terlalu mengayun membuat tenaga terbuang dan kurang terkonversi maksimal menjadi kecepatan.

Baca juga: Brompton Menangi Sengketa Hak Cipta Lawan Brand Seli Korsel Get2Get

Koreksi ini yang sepertinya diterapkan pada varian Brompton P-Line dengan bentuk suspension block yang baru.

Tak lagi menggunakan dimensi silinder, suspension block P-Line berbentuk pipih persegi, dan terasa mampu menahan ayunan dengan lebih baik, sehingga tenaga bisa tersalur lebih sempurna.

  • Easy wheel besar

Brompton P-Line dilengkapi dengan bentuk easy wheel yang tak cuma lebih keren, tapi berdiameter lebih besar.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Brompton P-Line dilengkapi dengan bentuk easy wheel yang tak cuma lebih keren, tapi berdiameter lebih besar.
Kemudahan melipat dan membawa sepeda Brompton adalah keunggulan yang sudah ada sejak awal sepeda ini dibuat.

Tak hanya menenteng, sepeda ini dirancang untuk bisa didorong dalam kondisi terlipat berkat bantuan roda-roda kecil yang diberi nama easy wheel.

Nah, berbeda dengan seri pendahulunya, P-Line dilengkapi dengan bentuk easy wheel yang tak cuma lebih keren, tapi berdiameter lebih besar.

Sehingga -tentu, secara penampakan, sepeda ini menjadi lebih sempurna, tanpa harus menukar dengan easy wheel aftermarket -seperti yang selama ini terjadi.

Baca juga: Heboh, Brompton Inggris Buru 1 Sepeda Curian yang Dijual di Indonesia

Di sisi lain, diameter yang lebih besar membuat sepeda memiliki permukaan yang lebih tinggi dari permukaan tanah saat sedang didorong. 

  • Selamat tinggal kunci inggris

Kunci inggris tak diperlukan lagi untuk membuka roda Brompton, berkat penggantian as roda pada varian P-Line yang menggunakan kunci hexagonal.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Kunci inggris tak diperlukan lagi untuk membuka roda Brompton, berkat penggantian as roda pada varian P-Line yang menggunakan kunci hexagonal.
Salah satu perkakas wajib yang harus dibawa oleh para pengguna Brompton adalah kunci inggris ukuran 15.

Alat ini dibutuhkan untuk membuka as roda saat akan mengganti ban dalam.

Namun, pengguna P-Line tidak lagi membutuhkannya, karena untuk membuka roda cukup memakai sebatang kunci heksagonal, pada satu sisi.

Ini tentu membuat proses membongkar dan memasang ban menjadi lebih cepat dan mudah, ketimbang harus membuka dan mengencangkan baut di kedua sisi roda.

Kekurangan Brompton P-Line

Sebagian penilaian dalam ulasan ini tentu bisa sangat bersifat relatif. Namun, berdasarkan pengalaman selama beberapa minggu memakai Brompton P-Line, ada sejumlah hal yang mungkin perlu diperhatikan.

Baca juga: Suara Lantang CEO Brompton kepada Pemerintah Inggris

  • Kombinasi gir

P-Line memang menyasar para komuter yang mengombinasikan kebiasaan bersepeda dengan transportasi umum lainnya.

Sehingga, secara performa sepeda ini tak dirancang untuk mencapai kecepatan tertentu, ataupun kemampuan menanjak yang istimewa.

Kombinasi ukuran chainring 50T dengan sproket 11, 13, 15 dan 18 gigi di bagian belakang, bukanlah perpaduan yang buruk.

Rasio 160 persen ini sama dengan cakupan pada Brompton klasik 3 speed. Kombinasi ini cukup nyaman digunakan untuk menembus kemacetan Jakarta -misalnya.

Namun kekurangan terasa ketika kita hendak memacu sepeda ini lebih kencang. Pada posisi 50-11 dan kecepatan penuh, kita akan merasa sepeda ini kehilangan tenaga.

Sensasi ini berbeda dengan apa yang terjadi pada varian klasik 6-speed wide-ratio.

Konversi tenaga terhadap percepatan di varian 6 speed masih mencengkram dengan baik, sehingga Brompton bisa melaju lebih kencang.

Hal ini pun akan terjadi saat P-Line menghadapi tanjakan yang lebih tinggi. Posisi 50-18 masih membutuhkan banyak beban di kaki untuk dapat melaju melibas tanjakan.

Konon, P-Line menyediakan varian dengan chainring 54T. Tentu pilihan ini akan menambah top-speed, dan menjawab keluhan di atas. Tetapi juga akan mengurangi kemampuan sepeda untuk menanjak.

Lagi-lagi, ini adalah pengalaman personal, yang sangat bergantung pada kebiasaan dan gaya berkendara masing-masing orang.

  • Rear derailleur 

Selain itu, pada kombinasi gir 50-11, posisi rear derailleur akan memanjang ke bawah mendekati permukaan tanah.

Baca juga: Jangan Salah Pilih, Kenali Dulu Berbagai Versi Sepeda Brompton

Kondisi ini memang biasa terjadi pada RD sepeda lipat yang menggunakan ban lebih kecil.

Risikonya adalah bagian transmisi roda tersebut bisa saja tersangkut saat melewati permukaan jalan yang rusak, atau pun menikung ekstrem.

Kondisi RD semacam ini tak terjadi para varian Brompton 6/2 speed yang hanya memiliki dua percepatan eksternal.

Tapi lagi-lagi, sepeda ini tentu dirancang untuk jalur perkotaan, dan bukan jalur off road yang berbatu dan berlubang kan?

  • "Low profile"

Sekilas, kedua sepeda Brompton yang harganya terpaut lebih dari Rp 20 juta ini tak terlihat secara kasat mata, terlebih lagi bagi mereka yang awam.KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Sekilas, kedua sepeda Brompton yang harganya terpaut lebih dari Rp 20 juta ini tak terlihat secara kasat mata, terlebih lagi bagi mereka yang awam.
Entah, apakah seharusnya penilaian ini dimasukkan di bagian keunggulan atau memang menjadi kekurangan.

Asumsinya, mereka yang memiliki sepeda dengan harga Rp 50 juta ingin terlihat berbeda dengan sepeda sejenis dari varian yang lebih murah.

Jika hal itu yang diharapkan, maka P-Line tak bisa memenuhinya.

Sebab, sekilas penampakan sepeda yang sejauh ini hanya disediakan dalam dua warna, hitam dan abu-abu, terlihat serupa dengan Brompton pada umumnya.

Bahkan fork dan triangle titanium yang pada edisi superlight terdahulu bisa dengan mudah dikenali berkat warna abu-abu yang khas, kini tak demikian dengan P-Line.

Bagian tersebut dicat dengan warna hitam, nyaris tak beda dengan triangle dan fork besi pada Brompton klasik.

Baca juga: Mau Beli Brompton? Jangan Mau Bayar Kemahalan, Ini Harga Wajarnya

Hanya bentuk lingkaran di pangkal fork yang membedakan "identitas" titanium pada sepeda itu.

Tak berlebihan jika P-Line bisa disebut sebagai sepeda yang "low profile". 

  • Harga

Sepeda Brompton P-Line dibanderol dengan harga sekitar Rp 50 juta. Ada pilihan handlebar model low, medium, dan high, dengan opsi rak belakang plus fender, atau hanya fender saja.

Dengan sensasi berkendara dan sederet kelebihan yang ada, dan lalu dibandingkan dengan Brompton -tipe C- misalnya, selisih harga mencapai Rp 20 juta di antara keduanya tentu pantas diperhatikan.

Jika pun kita tetap ingin menggunakan varian titanium dari Brompton, versi klasik yang dijual di pasaran sekarang pun bisa didapat dengan harga Rp 10-15 juga lebih rendah.

Mungkin, untuk para kolektor, atau pun pengguna Brompton awal yang memiliki dana untuk sepeda premium dengan built quality istimewa, P-Line tentu menjadi pilihan yang tepat.

Tetapi, bagi mereka yang sudah terbiasa memakai Brompton klasik, sepertinya diperlukan alasan lebih besar untuk menjatuhkan pilihan pada P-Line.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com