Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Arti Kata "Slebew" yang Diviralkan Jeje Citayam Fashion Week

Kompas.com - 19/09/2022, 14:42 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Menurut Ganjar, munculnya bahasa gaul seperti yang sudah dicontohkan dipengaruhi oleh anak muda sebagai pembicara yang dinamis dalam komunikasi modern.

Ia menilai anak muda tidak tertutup dalam pilihan bahasanya sehingga ada kecenderungan menggunakan gaya berbahasa yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Hal tersebut mereka dilakukan dengan menciptakan istilah baru atau meminjam istilah asing yang populer.

"Ketika mereka terus menggunakan bahasa gaul dengan mengembangkan kosakata dan gayanya masing-masing, mereka akan menggunakannya secara intens," jelasnya.

"Oleh karena itu pula, mereka sering memilih diksi yang berbeda dari orang-orang tua pada masanya."

"Misalnya, kosakata yang digunakan oleh remaja pada 1970-an, yang pada saat itu disebut bahasa prokem, seperti gokil (gila), mokal (malu), atau rokum (rumah)," sambung Ganjar.

Ia menjelaskan, kata-kata tersebut awalnya digunakan sebagai bahasa sandi untuk merahasiakan obrolan dalam komunitas tertentu.

Namun, dikatakan Ganjar, kata-kata tersebut lama-kelamaan menjadi bahasa sehari-hari dan dikenal banyak orang.

"Pada tahun 2000-an hingga sekarang, bahasa semacam itu lebih bervariasi dan cepat menjadi populer, bahkan di kalangan kanak-kanak," terang Ganjar.

"Seperti kata ciyus (serius), galau (resah), hoax (bohong, berita palsu), miapah (demi apa), kepo (selalu ingin tahu), peres (palsu, pura-pura), woles (santai), atau rempong (repot)," sambungnya.

Meski ada banyak bahasa gaul yang viral di media sosial, belum tentu bahasa ini bisa diterima oleh semua orang, termasuk slebew.

Sebab, beberapa kata memiliki makna tersendiri, kamu sebaiknya berhati-hati ketika mengucapkannya.

Baca juga: Remaja Citayam Fashion Week Ditunggangi demi Popularitas? Ini Kata Sosiolog UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com