ASI diproduksi dengan memanfaatkan zat-zat gizi dalam tubuh yang harus digantikan. Itulah mengapa, pemenuhan gizi ibu menyusui bukan sebatas lima sehat dan empat sempurna, melainkan juga harus memenuhi kebutuhan gizi yang lebih banyak dan seimbang.
Gizi ibu harus memenuhi zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral).
Dalam masa enam bulan pertama, ibu menyusui membutuhkan 500 kalori/hari hanya untuk memproduksi ASI yang baik dan jumlah yang normal. Apabila diakumulasikan dengan aktivitas keseharian sang ibu, maka total kebutuhannya akan meningkat hingga 2400 kalori/hari.
Untuk memenuhi kebutuhan kalorinya, sang ibu dapat membaginya menjadi enam kali makan (tiga kali makan utama dan tiga kali makan selingan). Dengan terpenuhinya asupan gizi, ASI yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik, sementara sang ibu akan sehat serta kuat.
Ibu dari bayi yang lahir prematur memproduksi ASI yang komposisinya sedikit berbeda, setidak-tidaknya untuk beberapa minggu pertama. Perbedaan komposisi ini dirancang tubuh ibu untuk memenuhi kebutuhan khusus sang bayi.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Kuliner di Indonesia yang Wajib Dicoba
Itu sebabnya, ASI prematur lebih tinggi protein, mineral, dan mengandung pelbagai jenis lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap bayi.
Akan tetapi, tidak sedikit juga bayi prematur yang belum mampu menyusu secara langsung pada payudara. Apabila demikian, para ibu tidak perlu khawatir. Karena seiring berjalannya pertumbuhan dan perkembangannya, sang bayi akan bisa menyusu dengan sendirinya.
Pemaknaan ibu dalam memberikan ASI kepada bayi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan prosesnya. Karena tumbuh kembang bayi yang pertama adalah pada proses menyusui, seperti kontak fisik, suara, dan penciuman.
Adapun proses menyusui akan menumbuhkan kedekatan batin antara ibu dan bayi dan memberikan rasa aman sekaligus kepercayaan diri bayi.
Namun, cukup sulit bagi ibu untuk terus memberikan ASI selama dua tahun. Salah satu godaannya adalah menggantikan ASI dengan susu formula. Suami berperan untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada ibu, seperti afeksi atau apresiasi, di kala sang ibu merasa tertekan atau lelah.
Perasaan tertekan dan lelah tersebut akan sangat berat ketika sang ibu merasa kurangnya validasi. Hal ini akan menyebabkan ASI yang dihasilkan tidak memenuhi harapan.
Baca juga: Dampak Psikologis Memaki Anak
Validasi tersebut dapat dipenuhi dengan suami atau lingkungannya memberikan dukungan atau pujian yang menyebabkan sang ibu tidak merasa sendiri dan segala usahanya tidak sia-sia.
Simak obrolan seru lainnya seputar parenting dan isu-isu yang cocok untuk pasangan suami istri maupun yang sedang mempersiapkan pernikahan, hanya di siniar Obrolan Meja Makan. Episode bertajuk “Sukses MengASIhi” juga bisa Anda dengarkan melalui tautan berikut https://dik.si/omm_suksesmengasihi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.