KOMPAS.com - Quiet firing adalah praktik pemecatan diam-diam yang dilakukan oleh atasan.
Hal ini bisa dilakukan dengan banyak cara, secara halus maupun diam-diam.
Tujuannya agar kita sebagai karyawan tidak lagi nyaman bekerja di kantor sehingga memutuskan resign.
Quiet firing adalah praktik yang lazim dilakukan perusahaan ketika melakukan efisiensi pekerja tanpa harus memberikan pesangon saat PHK.
Sayangnya, kebanyakan dari kita seringkali tidak sadar menjadi sasaran perilaku ini sampai akhirnya terlambat.
Selain uang, kenyamanan di kantor adalah hal yang penting bagi kita dalam bekerja.
Maka jika situasi sudah tidak nyaman, tak jarang yang langsung gegabah mengajukan resign tanpa mempertimbangkan kondisi sesungguhnya.
Padahal, mungkin saja kita sudah masuk pada jebakan quiet firing yang dilakukan oleh atasan.
Baca juga: 8 Tanda Atasan Kita Toxic, Apa Saja?
Bagaimana cara mengenalinya? Berikut ciri-cirinya.
Kritikan tanpa henti dari atasan untuk semua pekerjaan yang kita lakukan bisa menjadi salah satu indikasi utama.
Apalagi jika tidak ada umpan balik yang layak untuk membantu kita meningkatkan kinerja di kantor.
Selain itu, quiet firing juga bisa berupa tindakan mengecilkan capaian kita sehingga bukan hanya menghambat perkembangan karier namun juga memengaruhi kesehatan mental.
Respon negatif berlebihan yang terus-menerus kemudian akan menurunkan harga diri, kepercayaan diri maupun membuat kita mempertanyakan soal kompetensi diri sendiri.
Baca juga: Kiat Tingkatkan Kebahagiaan dan Kurangi Kesepian di Kantor
Jika kita merasa sudah mencapai atau melebihi target pekerjaan namun tidak mendapatkan apresiasi yang layak, mungkin ini adalah tanda quiet firing.
Apalagi jika rekan kerja yang lain mendapatkan promosi maupun kenaikan gaji atas setiap prestasinya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.