Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2022, 06:46 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Persentase itu sangat penting dan tak dapat dipenuhi jika remaja melakukan diet yang berisiko menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

Baca juga: Olahraga Pagi Hari Lebih Efektif Turunkan Berat Badan, Benarkah?

Pemahaman remaja tentang berat badan

Dorongan untuk melakukan diet kemungkinan disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat remaja yang menyebabkan penambahan berat badan.

Di sini, pemahaman remaja terhadap apa itu diet dan tujuan menurunkan berat badan sangat dibutuhkan.

Hal tersebut disarankan oleh dokter anak dan spesialis kedokteran remaja asal Stanford Medicine Children's Health, Rachel Goldstein.

"Saran bagi remaja untuk menurunkan berat badan harus dipikirkan dengan pemahaman yang jelas tentang tujuan penurunan berat badan" katanya.

"Misalnya, kita tahu bahwa remaja dengan berat badan lebih tinggi berisiko mengalami kondisi medis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi."

"Bagi sebagian orang, penurunan berat badan sebagai akibat dari perubahan pola makan dan olahraga mungkin direkomendasikan," tambahnya.

Goldstein juga mengingatkan agar remaja yang ingin berat badannya turun tidak terobsesi dengan diet. Karena, membuat mereka berfokus pada citra tubuh.

Fokus pada gaya hidup sehat, bukan diet

Diet bukanlah solusi untuk menurunkan berat badan. Pasalnya, akar masalah berat badan berlebih adalah gaya hidup tidak sehat.

Jadi, ketika remaja ingin menurunkan berat badan yang harus diperhatikan adalah kesehatannya menurut penulis "The Ultimate Kids' Guide to Being Super Healthy", Nina Shapiro.

Kondisi kesehatan yang dimaksud Shapiro adalah penambahan berat badan berisiko menyebabkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan sleep apnea.

Ketika anak merasa insecure dengan berat badannya, orangtua sebaiknya juga memberikan perhatian.

Misalnya, tidak melarang makanan apa pun yang dilahap anak dan menghindari kata-kata berkonotasi negatif, seperti "tidak sehat" atau "buruk".

Cara tersebut memungkinan orangtua untuk melatih remaja peka terhadap isyarat lapar atau kenyang.

Di samping itu, orangtua membantu anak untuk memiliki hubungan yang sehat dengan makanan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com