KOMPAS.com - Sebuah konten TikTok viral menampilkan anak perempuan yang menangis karena koleksi album Kpop miliknya dibakar ayahnya.
Gadis remaja asal Malaysia itu tertegun ketika mendapati barang yang disukainya itu sudah menjadi abu.
if tak boleh jd parents supportive pun boleh je kot slow talk before ambik tindakan nak bakar2 semua barang tu plus ada barang yg kawan dia bagi. if tak suka barang2 kpop dalam rumah, suruh lah jual balik ke or bagi dekat org yg nak. pic.twitter.com/0ZuAUY9wpG
— elle is seeing txt (@tinybamtyun) September 23, 2022
Video yang juga beredar di Twitter itu lalu menuai kritikan netizen yang menganggap sikap orangtuanya kejam dan tak menghargai kesukaan anaknya.
Baca juga: 6 Tanda Riwayat Kekerasan Emosional dari Orangtua di Masa Kecil
Kondisi ini tentunya tak asing bagi sebagian besar dari kita ketika orangtua pernah tidak menyetujui hobi dan minat di masa kecil.
Sebaliknya, banyak orangtua juga bingung merespon obsesi anaknya yang dianggap berlebihan dan tak berguna kepada selebritas seperti para idol Kpop.
Para idol Kpop seperti Blackpink maupun BTS sukses menjaring penggemar hingga remaja dan anak-anak.
Rasa suka ini lantas membuat mereka kerap memutar lagunya berulang kali, nonton video di Youtube dan menikmati berbagai kontennya di media sosial.
Banyak juga penggemar cilik yang rela menghabiskan uang, waktu dan tenaga untuk mengoleksi berbagai merchandise artis yang bersangkutan.
Namun orangtua tak perlu khawatir karena ini sebenarnya bukan hal yang baru dan tergolong normal.
Baca juga: Toxic Fandom, Kala Idola Jadi Segalanya yang Dibela Mati-matian...
“Adalah normal untuk mengagumi orang, dan setiap anak memiliki ini sampai tingkat tertentu,” jelas Dr. Timothy Legg, N.P.P., praktisi perawat kesehatan mental psikiatri keluarga bersertifikat.
"Selebriti sukses dan mendunia, dan anak-anak tidak selalu mengerti bahwa itu sinematik."
Jika anak kecil cenderung terobsesi dengan superhero atau karakter kartun maka penyanyi atau bintang film adalah objek favorit anak remaja.
“Berpakaian seperti selebriti dan mengubah gaya rambut Anda agar terlihat seperti selebriti adalah bagian normal dari mencoba identitas yang berbeda dan mencari tahu siapa Anda,” kata Dr. Legg.
Tergabung dalam fandom tertentu, menghapal lagu hingga kesukaan idolanya dan menghabiskan banyak waktu untuk nonton dan membicarkan selebritas favoritnya dianggap masih dalam batasan wajar.
Ia menilai perilaku tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan selama tidak menganggu kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 6 Tanda Anak Remaja Butuh Perhatian Lebih dari Orangtua
Anak yang malas mengerjakan tugasnya karena asyik nonton video konser artis favoritnya atau berjam-jam membicarakan idolanya masih tergolong tindakan yang wajar.
Kesukaan anak pada idol Kpop favoritnya baru bisa dianggai obsesi yang membahayakan jika memenuhi kriteria gangguan obsesif-kompulsif.
Baca juga: 6 Tanda Seseorang Memiliki Gangguan Obsesif Kompulsif
“Pertanyaannya adalah seberapa luas penyebarannya,” kata Dr. Legg.
Kita harus mencermati apakah kesukaan anak kemudian mengganggu fungsinya sehari-hari dan berdampak buruk pada kehidupannya.
Namun jika anak hanya menghabiskan waktu satu hari dalam sepekan untuk maraton konser atau video klip idolanya maka itu tidak mengkhawatirkan.
Baca juga: Ketika Si Anak Remaja Mulai Belajar Dandan
Obsesi anak juga bisa dianggap berlebihan jika buah hati mengalami depresi atau muncul keinginan bunuh diri karena artis idolanya itu.
Demikian pula jika anak benar-benar percaya jika idolanya itu mengenal mereka secara pribadi dan membalas rasa cintanya, itu bisa jadi tanda kesulitan membedakan antara fantasi dan kenyataan.
Kadangkala orangtua tidak setuju dengan perilaku anak karena tidak menyukai artis yang diidolakannya.
Dr. Legg mengungkapkan jika orangtua secara umum akan selalu mempertanyakan perilaku selebritas pada umumnya.
Jadi dianjurkan untuk bicara lebih jauh kepada anak agar kita bisa memahami rasa suka mereka.
“Orang tua harus bertanya apa alasannya. Diskusikan kekhawatiran Anda dengan anak-anak Anda, tetapi dengan cara yang tidak mengancam," sarannya.
Kebanyakan anak remaja sebenarnya sadar jika perilaku idol favorit mereka bukan hal yang bisa diaplikasikannya di kehidupannya.
Baca juga: 5 Tips Jadi Orangtua Keren di Mata Anak Remaja
Sebaliknya, orangtua bisa memanfaatkan obsesi anak menjadi hal yang lebih positif dan bermanfaat.
Misalnya menawarkan membelikan tiket konser dengan syarat nilai sekolah yang lebih baik atau mengerjakan pekerjaan rumah.
Hal ini bisa menjadi motivasi anak sekaligus menunjukkan jika kita mendukung mereka.
“Gunakan untuk keuntungan Anda,” saran Dr. Legg.
“Orang tua tidak boleh langsung bereaksi negatif, karena Anda bisa menggunakan ini sebagai alat negosiasi.”
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.