Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2022, 13:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sekilas ini menawarkan unsur-unsur pelarian dan glamor untuk kehidupan rutin.

Pemberitaan yang membanjiri media soal dirinya kemudian memberikan rasa kesedihan yang lebih mendalam.

Baca juga: David Beckham Rela Antre 12 Jam untuk Berikan Penghormatan pada Ratu Elizabeth

Kehilangan

Sosok terkenal seringkali membuat publik bersedih karena memicu kenangan yang intens soal kehilangan sebelumnya.

Ratu Elizabeth II kemungkinan besar mengingatkan banyak orang pada ibu atau nenek mereka yang baik hati.

Stephen Coleman, Profesor Komunikasi Politik di Universitas Leeds, mengatakan pencarian "konstanta yang dapat diandalkan" ini dapat dimengerti.

Meninggalnya seorang raja mewakili hilangnya dongeng yang menandai rasa finalitas dan gangguan yang mengecewakan.

Fenomena ini seperti ketika serial Netflix favorit kita berakhir sehingga koneksi dengan karakter tiba-tiba terputus sehingga kita mendadak kehilangan.

Identitas

Jutaan orang yang ikut berduka, hingga menghadiri pemakaman sosok terkenal, mungkin ingin mencari identitas yang lebih kuat.

"Dalam masyarakat kita yang sering terisolasi, bergabung dengan orang lain untuk berduka atas orang asing membantu orang merasa terhubung, bagian dari keseluruhan yang lebih besar dan tujuan bersama," kata Benjamin Radford, penulis sosial.

Baca juga: Kesedihan Berlarut akibat Kematian Orang Terdekat, Apakah Normal?

Keyakinan

Terlepas dari posisi sosial, orang bersekutu dengan pihak lain yang memiliki nilai yang sama.

Ratu Elizabeth mewakili nilai-nilai monarki, martabat, tugas dan komitmen yang dianggap hilang dengan kematiannya.

Demikian pula ketika pesohor lain berpulang dengan ciri khas dan nilainya masing-masing.

Sejarah

Orang cenderung ingin menjadi bagian dari peristiwa bersejarah yang signifikan, terlepas dari apakah itu pemakaman kenegaraan, transaksi perusahaan, atau kejuaraan olahraga.

Bagi sebagian orang, kehadiran dan partisipasi memberikan hak membual soal momen penting itu.

"Berada di kerumunan bukan hanya tentang menyaksikan sejarah; ini tentang menjadi sejarah," kata Profesor Stephen Reicher soalnya banyaknya pelayat yang berkumpul.

Baca juga: Cara Bijak Berkomentar di Media Sosial Ketika Ada Kabar Duka

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com