Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Penyebab Nyeri Dada yang Bukan Serangan Jantung

Kompas.com - 27/09/2022, 15:23 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Health

KOMPAS.com - Ketika mengalami nyeri dada, kita biasanya membayangkan hal itu disebabkan serangan jantung.

Memang, nyeri dada bisa menjadi tanda peringatan dari kondisi berbahaya tersebut.

Dilaporkan American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung berkurang atau tersumbat.

Angina, nyeri dada akibat serangan jantung

Rasa nyeri akibat serangan jantung bisa berlangsung lama jika tidak ditangani.

Serangan jantung termasuk gejala paling serius dari penyakit arteri koroner, dan bisa memicu nyeri dada yang disebut angina.

Angina dapat terasa seperti adanya tekanan di dada, dan umumnya muncul saat kita melakukan aktivitas fisik.

Selain di dada, nyeri ini bisa dirasakan pada beberapa area tubuh lain seperti bahu, lengan, leher, rahang, perut, dan punggung.

Nyeri karena angina hampir mirip seperti heartburn, namun tidak berlangsung lama (hanya sekitar 10 menit).

Jika kita tiba-tiba merasakan nyeri dada, harap segera pergi ke dokter. Dokter dapat mendiagnosis apakah nyeri dada itu berkaitan dengan serangan jantung atau ada masalah lain.

Baca juga: Nyeri Dada di Malam Hari, Sakit Mag atau Serangan Jantung?

Nyeri dada yang bukan pertanda serangan jantung

Nyeri dada tidak selalu disebabkan oleh serangan jantung. Delapan kondisi ini bisa memicu nyeri dada, yaitu:

1. Heartburn

Gejala refluks asam atau heartburn sering disalahartikan sebagai serangan jantung.

Refluks gastroesofageal terjadi ketika isi lambung --termasuk asam lambung yang membantu memecah makanan-- kembali ke kerongkongan.

Asam lambung ini bisa menimbulkan sensasi terbakar di bagian belakang tulang dada.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA), asam dari asam lambung memiliki skor 1 dalam skala pH (berada di antara asam baterai dan cuka).

Jika kita sering mengalami refluks asam (dua kali dalam seminggu atau lebih), kemungkinan kita menderita gastroesophageal reflux disease atau juga disebut Gerd.

Tanpa penanganan yang tepat, Gerd dapat memicu asma, kemacetan di dada (chest congestion), dan esofagus Barrett --kerusakan pada esofagus atau kerongkongan akibat paparan asam lambung dalam jangka panjang.

Esofagus Barrett meningkatkan risiko terkena jenis kanker yang langka, seperti dilaporkan National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).

Baca juga: 12 Cara Alami Atasi Rasa Panas di Dada akibat Heartburn

2. Cedera otot dada

Otot dada yang tegang (muscle strain) sering dikira sebagai serangan jantung, kata Christine Jellis, MD, PhD, ahli kardiologi di Cleveland Clinic.

Agar dapat membedakan antara serangan jantung dan ketegangan otot dada, Jellis menyarankan untuk mencoba menekan dinding dada.

Jika dinding dada bisa ditekan dan terasa sangat menyakitkan, kemungkinan itu adalah cedera otot dada, bukan masalah pada jantung.

Halaman:
Sumber Health


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com