KOMPAS.com - Grooming adalah manipulasi seksual yang dilakukan oleh orang dewasa pada anak di bawah umur.
Taktik utamanya adalah mendekati korban untuk membangun kepercayaan terlebih dulu secara bertahap dalam waktu lama.
Tak hanya pada anak yang menjadi sasarannya, pelaku juga bisa menjalin kedekatan pada orangtua atau orang dewasa lain di sekitar korban.
Baca juga: Waspada Grooming, Modus Pencabulan Anak dengan Membangun Hubungan!
Grooming bisa berujung pada eksploitasi maupun pelecehan seksual di kemudian hari atau hubungan asmara yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Grooming bisa dilakukan secara online maupun lewat interaksi langsung.
Umumnya pelakunya adalah lingkaran terdekat pelaku seperti guru, pelatih olahraga, sahabat jeluarga atau orang lain yang secara alami berinteraksi dengan korban.
Perilaku manipulatif ini dijadikan cara mendapatkan akses ke korbannya sampai akhirnya menjalin hubungan asmara.
Padahal relasi ini menjadi kedok dari pelecehan dan eksploitasi seksual serta emosional yang berdampak buruk pada kehidupan seseorang.
Baca juga: Ada Banyak Jenis Pelecehan Seksual, Apa Sajakah?
Dalam banyak kasus, korbannya tidak menyadari telah menjadi sasaran grooming karena terlajur terpikat atau senang dengan kedekatan tersebut.
Manipulasi ini tidak hanya dialami oleh anak-anak namun juga remaja maupun orang dewasa, dengan metode yang serupa.
Sebagaimana layaknya banyak perilaku manipulasi lainnya, grooming kerapkali sulit diidentifikasi.
Bentuk tindakannya juga bermacam-macam meskipun memiliki pola yang serupa.
Contohnya:
Pelaku grooming menyeleksi dan memilih korbannya berdasarkan kemudahan akses atau kerentanan sasarannya.
Pelaku akan berusaha memisahkan targetnya dari orang terdekat yang akan melindunginya, baik secara fisik maupun emosional.
Mereka berusaha menjadikan dirinya sebagai tempat bergantung dan terpercaya sampai akhirnya menyalahgunakan posisinya.
Baca juga: Tanda-tanda Seseorang Menjadi Korban Manipulasi
Tujuannya agar korban merasa memililiki hubungan berkualitas dan intim sehingga harus dirahasiakan dari orang lain.
Pelaku akan sering mulai menyentuh korban dengan cara yang tampak tidak berbahaya, seperti merangkul dan menggelitik.
Aksi ini kemudian meningkat menjadi kontak seksual yang semakin meningkat seperti berpelukan atau sentuhan di area intim.
Orang yang bertujuan melakukan grooming juga kerap menawarkan pornografi atau bicara soal topik seksual agar korban terbiasa.
Baca juga: Seberapa Penting Pendidikan Seks untuk Anak?
Pelaku akan melakukan berbagai cara agar kedekatannya tidak memicu perhatian atau kecurigaan.
Misalnya dengan pertemuan rahasia, chat di waktu yang tidak lazim atau unsur rahasia lainnya.
Grooming merupakan tindakan manipulasi yang dilakukan secara halus sehingga kerapkali luput dari perhatian.
Namun ada sejumlah tanda-tanda yang bisa dianggap sebagai gejala terjadinya grooming, antara lain:
Anak yang mendadak menarik diri dari teman, orangtua maupun sahabatnya adalah ciri utama.
Jika biasanya menikmati waktu bersama banyak orang, anak akan cenderung mencuri-curi waktu demi bisa bersama dengan orang yang disukainya alias pelaku grooming ini.
Hal ini bisa menjadi tanda isolasi karena pelaku yang mulai membatasi interaksi maupun sosialiasi anak dengan orang lain.
Baca juga: Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Pedofil?
Jika seseorang, yang kita curigai, memberikan perhatian berlebihan yang janggal maka ada baiknya berhati-hati.
Sikapnya termasuk menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk anak kita sehingga sulit diterima akal sehat.
Tindakan ini bukan hanya memanjakan namun merupakan taktik untuk menciptakan dinamika ketergantungan.
Anak yang mendadak tertutup, emosinya tidak stabil dan tampak terganggu oleh sesuatu di pikirannya terus-menerus mungkin saja menjadi korban grooming.
Apalagi jika mereka kerap mendadak menangis atau meledak emosinya namun enggan menjelaskan duduk perkara penyebabnya.
Baca juga: Paedofil Elvis Presley Dipenjara Usai Grooming Anak Perempuan 14 Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.