Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2022, 14:45 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas tidur bisa memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang.

Bukti terbaru mengungkap, kualitas tidur yang buruk berperan dalam peningkatan risiko demensia.

Demikian hasil studi yang diterbitkan di Journal of American Geriatrics Society pada 21 September lalu.

Para peneliti di China, Swedia dan Inggris yang mengerjakan studi tersebut memantau data tidur dari 1.982 orang di China dengan usia rata-rata 70 tahun.

Pada awal studi, para peserta tidak menunjukkan adanya gejala demensia.

Namun sekitar 3,7 tahun setelah penelitian berjalan, sebanyak 97 peserta (5 persen) didiagnosis menderita demensia, berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV).

Baca juga: Aktif secara Fisik dan Bersosialisasi Bisa Turunkan Risiko Demensia

Peserta yang mengalami demensia berusia antara 60-74 tahun. Pria juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit itu ketimbang wanita.

Hasil tersebut bertentangan dengan temuan dari beberapa studi terdahulu.

"Dalam kebanyakan studi, wanita diketahui memiliki risiko demensia dua kali lipat lebih besar daripada pria," kata Dr Alex Dimitriu, ahli psikiatri dan obat tidur bersertifikat.

Dimitriu juga merupakan pendiri Menlo Park Psychiatry & Sleep Medicine dan BrainfoodMD.

Durasi tidur juga berperan

Studi yang dikerjakan Dimitriu menemukan, durasi lebih lama yang dihabiskan di tempat tidur dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia secara signifikan.

Individu yang berada di tempat tidur selama lebih dari 8 jam berisiko lebih besar mengalami penurunan kognitif selama tes Mini Mental State Examination (MMSE).

MMSE adalah tes yang digunakan dokter untuk mengukur gangguan kognitif pada pasien.

"Seiring bertambahnya usia, kita melihat fragmentasi kondisi tidur," kata Dr Michael Breus, spesialis tidur dan psikolog klinis.

Baca juga: Aktif secara Fisik dan Bersosialisasi Bisa Turunkan Risiko Demensia

"Kita tidak mendapatkan pemulihan tidur yang sama secara fisik seperti yang terjadi saat kita masih muda."

Dimitriu menduga, kemungkinan individu dengan kualitas tidur yang buruk membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengimbangi kualitas tidur tersebut.

Faktor lain juga dapat membuat kita susah tidur, catat Dr Carl W. Bazil, PhD, profesor neurologi di Columbia University College of Physicians and Surgeons.

Ia menjelaskan, depresi --kondisi yang rentan dialami lansia-- bisa menyebabkan seseorang kesulitan tidur.

"Tetapi ada banyak masalah medis lain seperti penyakit jantung atau diabetes dan konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan kelelahan dan kebutuhan tidur," tutur Bazil.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com