KOMPAS.com - Kulit merupakan rumah bagi berbagai macam mikrobioma seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Mikrobioma tersebut juga berperan sebagai pertahanan (barrier) pertama kulit untuk melawan berbagai faktor eksternal, misalnya sinar UV, polusi, dan mikroorganisme patogen serta radikal bebas.
Ketika keseimbangan mikrobioma kulit (skin microbiome) terganggu, maka kulit akan menjadi lebih sensitif dan dapat mengiritasi kulit dengan timbulnya jerawat, dermatitis atopik, dermatitis perioral, psoriasis, penuaan dini, dan lain sebagainya.
Untuk itu, mempertahankan mikrobioma kulit yang seimbang menjadi kunci penting dalam merawat kulit, terutama kulit sensitif.
Baca juga: 4 Langkah Merawat Kulit Wajah Saat Tumbuh Jerawat
Menurut dokter spesialis kulit, Dr Andina Bulan Sari, SpKK, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi komposisi mikrobioma pada kulit kita.
Itu bisa dimulai dari faktor lingkungan, usia, genetik, metabolisme, sistem imun, hingga stres.
"Nah, biasanya, jumlah mikrobioma yang tidak stabil atau berkurang itu dapat menyebabkan gangguan yang dinamakan disbiosis."
Demikian dikatakan Andina dalam acara peluncuran Labore Skincare di Hotel Sheraton Jakarta, Selasa (27/9/2022).
"Sejumlah penelitian bahkan telah mengkaitkan gangguan mikrobioma ini dengan beberapa penyakit kulit seperti rosacea, psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dan kondisi kulit yang sensitif," sambung dia.
Baca juga: 7 Manfaat Kunyit untuk Kulit Wajah dan Cara Membuat Maskernya
Ketika kita mengalami gangguan keanekaragaman mikrobioma — di mana hanya didominasi satu jenis bakteri tertentu — akibatnya bahan-bahan iritan dan alergen dari luar jadi lebih mudah masuk.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.