Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penting, Jaga Keseimbangan Mikrobioma pada Kulit Wajah

Kompas.com - 29/09/2022, 19:45 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kulit merupakan rumah bagi berbagai macam mikrobioma seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Mikrobioma tersebut juga berperan sebagai pertahanan (barrier) pertama kulit untuk melawan berbagai faktor eksternal, misalnya sinar UV, polusi, dan mikroorganisme patogen serta radikal bebas.

Ketika keseimbangan mikrobioma kulit (skin microbiome) terganggu, maka kulit akan menjadi lebih sensitif dan dapat mengiritasi kulit dengan timbulnya jerawat, dermatitis atopik, dermatitis perioral, psoriasis, penuaan dini, dan lain sebagainya.

Untuk itu, mempertahankan mikrobioma kulit yang seimbang menjadi kunci penting dalam merawat kulit, terutama kulit sensitif.

Baca juga: 4 Langkah Merawat Kulit Wajah Saat Tumbuh Jerawat

Menurut dokter spesialis kulit, Dr Andina Bulan Sari, SpKK, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi komposisi mikrobioma pada kulit kita.

Itu bisa dimulai dari faktor lingkungan, usia, genetik, metabolisme, sistem imun, hingga stres.

"Nah, biasanya, jumlah mikrobioma yang tidak stabil atau berkurang itu dapat menyebabkan gangguan yang dinamakan disbiosis."

Demikian dikatakan Andina dalam acara peluncuran Labore Skincare di Hotel Sheraton Jakarta, Selasa (27/9/2022).

"Sejumlah penelitian bahkan telah mengkaitkan gangguan mikrobioma ini dengan beberapa penyakit kulit seperti rosacea, psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dan kondisi kulit yang sensitif," sambung dia.

Baca juga: 7 Manfaat Kunyit untuk Kulit Wajah dan Cara Membuat Maskernya

Menyebabkan kulit lebih sensitif

Ketika kita mengalami gangguan keanekaragaman mikrobioma — di mana hanya didominasi satu jenis bakteri tertentu — akibatnya bahan-bahan iritan dan alergen dari luar jadi lebih mudah masuk.

Di satu sisi, penguapan air, kehilangan air, atau kelembapan dari kulit juga mudah hilang.

"Jadi, ada istilahnya transepidermal water loss itu lebih mudah terjadi saat mengalami gangguan mikrobioma, sehingga kulit pun lebih mudah kering," ujar Andina.

Selain kekeringan, tanda-tanda lain dari kulit sensitif bisa ditunjukkan dengan adanya iritasi, kemerahan, dan ada sensasi tidak nyaman seperti rasa terbakar, gatal serta kulit tampak pecah-pecah.

"Kalau dulu teorinya mikrobioma itu cuma numpang di kulit kita, tapi kalau sekarang tidak," kata Andina.

Baca juga: 7 Tips Merawat Kulit Wajah agar Terlihat Awet Muda

"Makanya saat ini mulai berkembang skincare yang sifatnya ramah mikrobioma yang ditujukan untuk kulit sensitif dan melihat dari segi hidrasi maupun kelembaban kulit yang penting untuk mengatasi kulit sensitif," ujar dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com