Kendati demikian, Edelman mengungkapkan, temuan awal dari studi yang berbeda menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 terkadang dapat menyebabkan haid yang lebih berat.
Bahkan, berdasarkan data yang dikumpulkan dari hampir 10.000 orang menunjukkan, vaksin sedikit meningkatkan kemungkinan mengalami pendarahan yang lebih berat.
Seorang wanita bernama Caiityya Pillai (21) yang tinggal di Berkeley, California, misalnya, mengaku selama dua bulan setelah vaksin pada Maret 2021, haid yang biasanya ringan menjadi sangat menyakitkan dan berlangsung dua kali lebih lama.
"Rasa sakitnya tidak seperti rasa sakit biasa. Sampai-sampai saya menangis dan tidak bisa bangun dari tempat tidur," ungkapnya.
Pillai mengaku diliputi kecemasan dan mengira ada sesuatu yang salah, tetapi setelah dua siklus, haid pun kembali normal.
Ketika dia mendapat dosis kedua pada Juli 2021, siklus haid memburuk lagi, tetapi dia merasa lebih tenang tentang hal itu karena dia telah melihat cerita serupa yang dibagikan secara online.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin memiliki berbagai efek pada siklus haid.
Sebuah survei yang diterbitkan pada November lalu mengumpulkan informasi tentang haid dan vaksin dari 160.000 orang — termasuk pascamenopause — dan menemukan, ribuan orang mengalami pendarahan yang lebih berat dari biasanya.
Jadi, meskipun studi Edelman menyebut perubahan haid bersifat sementara, beberapa orang telah melaporkan perubahan yang bertahan lama dalam siklus haid lama setelah mendapatkan vaksin.
Sammi Beechan (32) dari Hammond, Ore, juga mengatakan bahwa dia dulunya memiliki siklus haid normal yang datang setiap 28 hari dengan efek yang ringan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.