KOMPAS.com - Kondangan seringkali dimanfaatkan tamu undangan untuk adu gaya. Hal yang sama juga berlaku ketika mereka mengenakan batik.
Wastra khas Nusantara itu menjadi salah satu busana wajib dan paling umum yang dapat dijumpai ketika suatu hajatan digelar, baik di kota maupun desa.
Tapi, tidak sedikit tamu yang merasa tidak pede ketika datang ke kondangan karena batik yang mereka pakai terlihat tidak menarik dan lusuh.
Terkadang pula, beberapa di antara mereka merasa awkward lantaran batik yang dikenakan motifnya sama dengan tamu lain atau petugas katering.
Agar kejadian seperti itu tidak terjadi, tamu kondangan disarankan memilih batik yang motif dan warnanya unik sehingga tidak tidak ada yang menyamai dan terlihat lebih "wah".
Kepada Kompas.com, Prof. Mulyanto menjelaskan motif sanggit yang ia maksud adalah motif batik pada sambungan jahitan pakaian tetap bersambung dan utuh.
Dengan begitu, batik yang dirancang menjadi pakaian, motifnya berkesinambungan pada bagian depan, saku, dan samping kanan-kiri,
"Motif unik misalnya memiliki makna sesuai dengan kearifan lokal asal motif dicipta, kalau bisa motif merupakan hasil pengembangan dari motif batik klasik," tambahnya.
Untuk masalah yang satu ini, Prof. Mulyanto memberikan beberapa rekomendasi motif batik agar tamu merasa pede ketika kondangan.
Dari sekian banyak motif batik yang ada, misalnya beberapa motif batik dan penerapannya pada pakaian agar motifnya sanggit.
Parang adalah salah satu motif batik yang umum dijumpai, baik untuk pakaian kondangan maupun seragam.
"Parang itu dulunya digunakan untuk dipakai para pejabat atau pimpinan pada zaman dulu. Tapi, sekarang (penggunaannya) sudah bebas," ujar Prof. Mulyanto.
Motif batik yang satu ini dapat dikenali dari bentuknya yang diagonal 45 derajat dan penerapan motif yang berdiri tegak lurus dengan arah diagonal dan berkesinambungan.
Pada umumnya motif parang sulit dibuat pakaian yang motifnya dapat sanggit di bagian samping kiri dan samping kanan.