Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Rekomendasi Motif Batik untuk Kondangan agar Beda dengan Tamu Lain

Kompas.com - 01/10/2022, 10:43 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kondangan seringkali dimanfaatkan tamu undangan untuk adu gaya. Hal yang sama juga berlaku ketika mereka mengenakan batik.

Wastra khas Nusantara itu menjadi salah satu busana wajib dan paling umum yang dapat dijumpai ketika suatu hajatan digelar, baik di kota maupun desa.

Tapi, tidak sedikit tamu yang merasa tidak pede ketika datang ke kondangan karena batik yang mereka pakai terlihat tidak menarik dan lusuh.

Terkadang pula, beberapa di antara mereka merasa awkward lantaran batik yang dikenakan motifnya sama dengan tamu lain atau petugas katering.

Agar kejadian seperti itu tidak terjadi, tamu kondangan disarankan memilih batik yang motif dan warnanya unik sehingga tidak tidak ada yang menyamai dan terlihat lebih "wah".

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mengenakan batik Iron Man atau Telor Ceplok hasil desain sendiri.KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mengenakan batik Iron Man atau Telor Ceplok hasil desain sendiri.
"Batik yang bagus itu, antara lain motifnya unik, paduan warnanya unik, dan motifnya sanggit," kata pakar batik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Mulyanto.

Kepada Kompas.com, Prof. Mulyanto menjelaskan motif sanggit yang ia maksud adalah motif batik pada sambungan jahitan pakaian tetap bersambung dan utuh.

Dengan begitu, batik yang dirancang menjadi pakaian, motifnya berkesinambungan pada bagian depan, saku, dan samping kanan-kiri,

"Motif unik misalnya memiliki makna sesuai dengan kearifan lokal asal motif dicipta, kalau bisa motif merupakan hasil pengembangan dari motif batik klasik," tambahnya.

Untuk masalah yang satu ini, Prof. Mulyanto memberikan beberapa rekomendasi motif batik agar tamu merasa pede ketika kondangan.

Rekomendasi motif batik untuk kondangan

Dari sekian banyak motif batik yang ada, misalnya beberapa motif batik dan penerapannya pada pakaian agar motifnya sanggit.

Motif batik parang.Repro bidik layar via Indonesia Travel Motif batik parang.

1. Motif Parang

Parang adalah salah satu motif batik yang umum dijumpai, baik untuk pakaian kondangan maupun seragam.

"Parang itu dulunya digunakan untuk dipakai para pejabat atau pimpinan pada zaman dulu. Tapi, sekarang (penggunaannya) sudah bebas," ujar Prof. Mulyanto.

Motif batik yang satu ini dapat dikenali dari bentuknya yang diagonal 45 derajat dan penerapan motif yang berdiri tegak lurus dengan arah diagonal dan berkesinambungan.

Pada umumnya motif parang sulit dibuat pakaian yang motifnya dapat sanggit di bagian samping kiri dan samping kanan.

"Namun hal itu dapat diatasi ketika membuat desain motif parang, yaitu dengan menerapkan motif pada pola baju motif sanggit," ujar Prof. Mulyanto.

Ketika motif parang digunakan untuk kondangan, batik ini menyimpan makna supaya manusia kuat menghadapi kehidupan.

Tak hanya itu, motif parang memberikan pesan bahwa manusia harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Ketika diterapkan pada pakaian, motif parang terdiri dari beberapa jenis, mulai dari parang kusuma, parang rusak, parang klitik, dan parang centung.

Motif batik truntum.Repro bidik layar via Indonesia Travel Motif batik truntum.

2. Truntum

Motif batik lainnya yang dapat dipilih sebelum pergi kondangan adalah motif truntum yang berasal dari kata "taruntum".

Motif taruntum berasal dari Solo dan menyimpan makna bahwa hidup haruslah berkembang atau bersemi kembali.

Di sisi lain, motif truntum yang berkaitan dengan Ratu Kencana juga menyiratkan pesan tentang cinta dan kasih sayang.

Motif batik tersebut dapat dikenali dari bentuk kembang yang dipercaya membawa keharmonisan bagi mempelai setelah bersanding di pelaminan.

"Motif Truntum itu dulunya dikenakan untuk orang tua mempelai. Namun sekarang sudah bebas untuk diterapkan di pakaian untuk kondangan," kata Prof. Mulyanto.

"Tapi, ya truntumnya (motifnya) yang unik," tambahnya.

Untuk kamu yang belum tahu, lahirnya motif truntum bermula pada abad ke-18 ketika Gusti Kanjeng Ratu Kencana cemburu dengan Sunan Pakubuwana III Surakarta Hadiningrat karena memiliki selir.

Pada akhirnya, ia membuat lukisan bunga tanjung dan bintang pada sehelai kain dan perbuatan ini menyentuh hati Sunan.

Dari situlah, rasa cinta dan kasih sayang Sunan Pakubuwana III dengan istrinya tumbuh kembali.

Motif batik sido asih.Repro bidik layar via Indonesia Travel. Motif batik sido asih.

3. Motif Ceplok

Motik batik berikutnya yang direkomendasikan Prof. Mulyanyo adalah motif ceplok. Motif ini dapat dikenali dari bentuknya yang geometri.

"Yang termasuk motif ceplok antara lain motif sido mukti, sido asih, sido luhur, dan sido dadi," jelasnya.

Karena menampilkan motif yang seimbang, ceplok mengandung arti bahwa hidup harus dijalankan dengan teratur.

Tidak hanya itu, motif ceplok juga menyiratkan keserasian, keseimbangan, dan kesempurnaan.

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kiri) dan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (kanan) berjalan menuju panggung kehormatan puncak acara Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/9).ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (kiri) dan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (kanan) berjalan menuju panggung kehormatan puncak acara Sail Tomini 2015 di Pantai Kayu Bura, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/9).

4. Motif lainnya

Di samping tiga motif yang sudah direkomendasikan, Prof. Mulyanto juga memberikan alternatif motif batik yang mengambil objek flora dan fauna

"Jika dicipta motif-motif yang sifatnya asimetris, disarankan dibuat pada pola baju sanggit atau pola jarit sanggit," sarannya.

Baca juga: 5 Rekomendasi OOTD Pakai Atasan Batik Kekinian dan Trendi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com