Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2022, 07:56 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Batik kini bukan lagi pakaian yang terkesan kaku atau hanya dapat dikenakan oleh orang-orang tertentu.

Banyak perajin lokal pun mulai berinovasi membuat batik menjadi pakaian yang lebih modern supaya bisa juga diminati anak-anak muda.

Salah satu perajin lokal asal Yogyakarta, Shirosima, misalnya, menawarkan angin baru di industri batik melalui motif dan model pakaian batik yang lebih modern.

Selain itu, desain pakaian batik Shirosima juga menerapkan zero-waste pada koleksi batiknya, sehingga tidak menyisakan limbah kain.

Baca juga: Link Download Twibbon Hari Batik Nasional 2022 dan Cara Pakainya

Modern namun tetap tradisional

Menurut pendiri Shiroshima, Dian Nutri Justisia Shirokadt, meskipun motif dan model koleksi pakaian batiknya sudah modern, namun dalam proses pembuatan batik, dia tetap menggunakan teknik tradisional.

Hal ini dikarenakan proses pembuatan batik secara manual tidak hanya memiliki nilai estetis yang tinggi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap sejarah batik.

"Tahun 2019 saya memutuskan untuk berbisnis batik. Motif yang digunakan memang kontemporer, tapi proses produksinya masih menggunakan teknik tradisional yakni dengan tulis dan cap."

Baca juga: Jangan Mencuci Batik dengan Mesin Cuci

Demikian penuturan Dian dalam acara workshop media Shopee bertajuk Cerita Batik Nusantara di Museum Tekstil Jakarta, Jumat (30/9/2022).

Ada pun koleksi batiknya tersedia untuk pria maupun wanita dengan bahan-bahan yang nyaman untuk dipakai sehari-hari.

"Kalau dulu batik terkesan kaku, sekarang saya membuatnya jadi lebih modern dan santai. Jadi bisa dikenakan untuk berbagai acara," kata dia.

Dia juga menambahkan, untuk pembuatan batik cap itu lebih mudah dibandingkan dengan batik tulis, sehingga harga batik tulis pun lebih tinggi.

Untuk batik cap, Dian mengaku bisa memproduksi 20-40 kain per harinya, sementara batik tulis per orang hanya bisa membuat 1-2 kain saja.

Baca juga: 5 Batik Jokowi yang Mencuri Perhatian Publik

"Kisaran harga untuk yang batik cap itu Rp 325-990 ribu, kalau batik tulis Rp 1-2 juta," imbuh dia.

Lebih berkelanjutan

Tidak hanya sekadar mengedepankan modernitas, koleksi batik Shirosima juga menerapkan zero-waste untuk lebih berkelanjutan (sustainable).

"Sampah terbesar di dunia itu kan sampah fesyen ya. Jadi saya mencoba untuk benar-benar menerapkan zero-waste pada semua koleksi dalam mencapai lingkungan yang lebih sustain," ungkap dia.

Dian pun mengatakan, upayanya tersebut dilakukan dengan mendesain motif dan tulisan yang akurat untuk menghindari pemborosan kain.

"Kalau ada sisa kain, limbahnya akan digunakan untuk bahan aksesori seperti buckethead, obi belt, scarf, dan syal," sambung dia.

Di samping itu, limbah lilin yang digunakan untuk membuat batik tulis pun hasil dari daur ulang.

Baca juga: 4 Rekomendasi Motif Batik untuk Kondangan agar Beda dengan Tamu Lain

Ketika ada lilin yang tersisa di air, maka dia mengolahnya kembali untuk dicetak menjadi lilin baru yang bisa digunakan untuk membatik.

"Jadi Shirosima ini tidak hanya ingin melestarikan budaya batik, tetapi juga bagaimana melangsungkan lingkungan yang lebih berkelanjutan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com