Hal tersebut menyebabkan pasangan yang menjadi korban toxic relationship takut untuk meninggalkan hubungan.
Cinta yang membutakan membuat orang-orang sulit berpikir realisitis, termasuk, ketika terjebak dalam toxic relationship.
Hal tersebut membuat mereka tetap bertahan dengan hubungan yang beracun karena alasan mencintai pasangannya.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan ketika Terjebak dalam Toxic Relationship?
Tidak sedikit pasangan yang menutup-nutupi toxic relationship-nya dari orang lain, seperti teman, keluarga, dan kenalan.
Akibatnya, mereka memilih utuk diam karena merasa sungkan untuk meminta bantuan mengatasi hubungannya yang beracun.
Hal tersebut sebaiknya tidak dibiarkan karena pasangan yang menjadi korban toxic relationship kemungkinan mencari pelarian.
Mereka bisa saja beralih ke obat-obatan terlarang atau mengonsumsi alkohol. Padahal, kedua pelarian ini berisiko memperburuk hubungan.
Hubungan yang sangat bergantung membuat pasangan sulit meninggalkan toxic relationship-nya.
Hubungan yang demikian terjadi karena pasangan secara konsisten memberi dan menerima bantuan.
Jika salah satu pasangan bergantung secara finansial pada yang lain, faktor ini bisa menyulitkan ketika berencana meninggalkan hubungan yang toxic.
Bagi pasangan yang sudah berumah tangga, keberadaan anak seringkali menjadi dilema.
Pasalnya, mereka tidak ingin keputusan meninggalkan toxic relationship membawa dampak buruk unruk anak.
Baca juga: 8 Hal Penting yang Terlewatkan Jika Mempertahankan Toxic Relationship
Toxic relationship sulit ditinggalkan jika salah satu pasangan yang memiliki gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder).
Gangguan kepribadian itu menyebabkan penderitanya lebih mementingkan diri sendiri tapi empatinya kurang.
Pasangan yang demikian dapat mencegah orang yang dicintainya pergi dengan cara memanipulasi menurut studi SAGE Open tahun 2019.