Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Sabar Itu Penting? Inilah 4 Alasannya Menurut Peneliti

Kompas.com - 03/10/2022, 14:48 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sabar adalah ilmu tingkat tinggi yang ujiannya sering mendadak dan proses belajarnya seumur hidup.

Menurut KBBI, sabar diartikan sebagai tahan menghadapi cobaan, tidak lekas putus asa dan patah hati, tabah, dan tidak tergesa-gesa.

Sesuai yang dituliskan dalam KBBI, sabar membantu orang-orang berpikir lebih logis ketika mengambil keputusan karena sikap yang tenang.

Sabar juga membantu orang-orang terhindar dari konflik dan lebih optimis ketika berusaha mewujudkan sesuatu.

Di samping manfaat-manfaat yang sudah disebutkan, ternyata ada empat alasan lain mengapa sabar itu penting dalam kehidupan.

Baca juga: 8 Manfaat Menjadi Sabar untuk Kehidupan, Mau Tahu?

Pentingnya sabar dalam kehidupan

Menurut Greater Good Science Center University of California, Berkeley, ada beberapa alasan mengapa sabar itu penting dalam hidup.

Simak yang berikut ini.

1. Menjaga kesehatan mental

Sabar ternyata dapat menjaga kesehatan mental. Manfaat ini terungkap dalam studi tahun 2007 yang dilakukan Sarah A. Schnitker dari Fuller Theological Seminary dan Robert Emmons dari UC Davis.

Studi keduanya mendapati temuan bahwa orang-orang yang sabar merasakan lebih sedikit depresi dan emosi yang negatif.

Hal itu tidak bisa dilepaskan dari kemampuan mereka mengatasi situasi yang menjengkelkan dan stres dengan lebih baik.

Tak hanya itu, mereka yang bersabar juga menilai dirinya sendiri dengan penuh perhatian dan lebih mampu bersyukur.

Studi tersebut lantas diperkuat Schnitker pada tahun 2012 di mana ia menjaring 400 mahasiswa sebagai responden studi.

Sama seperti studi sebelumnya, ia ingin menelusuri manfaat sabar dalam kehidupan dan hasilnya mereka yang mampu bersabar lebih tenang dengan orang lain.

Sikap sabar yang ditunjukkan responden juga membantu merka supaya lebih puas dengan kehidupannya.

Tak berhenti sampai di situ, Schnitker turut menggelar studi lanjutan pada tahun yang sama untuk mengidentifikasi sabar dan pemicunya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com