Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Bergadang Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung

Kompas.com - 10/10/2022, 05:05 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Peneliti yang terlibat dalam studi lantas membagi responden menjadi dua kelompok berdasarkan kuisioner.

Dalam hal ini, mereka sengaja memberikan kuisioner yang dirancang untuk mengukur kronotipe awal dan akhir.

Peneliti juga menggunakan pencitraan untuk mengukur massa tubuh dan komposisi tubuh.

Tes yang digelar peneliti turut melibatkan sensitivitas insulin dan sampel napas untuk mengukur metabolisme lemak.

Peneliti juga mengukur kadar karbohidrat seseorang ketika sedang beristirahat dan selama aktivitas fisik.

Reponden yang terlibat dalam studi kemudian dipantau selama seminggu dan diminta menggunakan akselerometer -alat pengukur kecepatan.

Alat tersebut mereka kenakan di pinggul kanan untuk melacak kapan saja mereka menjadi aktif ketika menjalani hari.

Supaya meminimalkan dampak atau perbedaan diet dalam studi, respoden diminta makan diet ketat kalori dan nutrisi dan berpuasa semalaman.

Tak hanya itu, responden juga menjalani dua sesi latihan 15 menit. Satu sesi latihan intensitas sedang dan satu intensitas tinggi di treadmill.

Peneliti lantas mengukur tingkat kebugaran aerobik mereka dengan menambah sudut kemiringan treadmill menjadi 2,5 persen per menit.

Kemiringan treadmill terus ditambah peneliti sampai responden yang berlari tidak dapat melanjutkan latihan secara fisik.

Baca juga: Hobi Bergadang Picu Kematian Mendadak? Ini Faktanya

Kronotipe orang yang suka bergadang

Sebelum membahas hasil studi, ketahui dulu bagaimana kronotipe orang yang suka bergadang dan yang tidurnya lebih awal.

Kecenderungan alami untuk tidur dan bangun pada waktu tertentu ternyata memengaruhi berbagai aspek kesehatan--disebut juga kronotipe.

Hal tersebut dapat menentukan peningkatan risiko penyakit jantung, gangguan kejiwaan, dan risiko kematian dini.

Tetapi, setiap orang memiliki kronotipe yang berbeda. Ini disebabkan oleh jam internal atau ritme sirkadian pada setiap orang yang tidak sama.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com