Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Cara Menghadapi Kesedihan Saat Ditinggal Pasangan

Kompas.com - 10/10/2022, 15:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Kehilangan anggota keluarga, khususnya pasangan, adalah salah satu hal yang paling menyedihkan. Sebab, banyak kegiatan yang telah dilalui bersama-sama. Itu sebabnya, jika salah satunya meninggal dunia akan ada rasa duka dan luka.

Meski begitu, orang yang ditinggalkan tetap harus bisa melanjutkan hidup. Terlebih, jika ia memiliki buah hati. Akan tetapi, pasti memerlukan waktu yang tak sebentar untuk berubah ke suasana sebelumnya.

Erwinda Tri Satya M.Psi., Psikolog Klinis dari Riliv, dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Menghadapi Rasa Duka saat Kehilangan Pasangan” juga menuturkan, “Namanya kehilangan orang yang tersayang pasti tidak mudah.”

Emosi yang Muncul Saat Ditinggalkan Pasangan

Menurut Erwinda, ada beberapa emosi yang muncul saat seseorang ditinggalkan orang tersayang, misalnya rasa sedih yang luar biasa, depresi, merasa sendiri karena khawatir tidak akan mendapat dukungan dan kasih sayang dari orang lain.

Kondisi emosi ini bisa diperparah jika salah satu pasangan kehilangan anggota keluarga dengan suatu kejadian tertentu.

“Bahkan, salah satunya juga bisa kalau dia harus kehilangan anggota keluarga dengan satu kondisi traumatik tertentu, misalnya kecelakaan atau bencana alam. Itu akan jauh lebih luar biasa lagi emosinya,” tutur Erwinda.

Baca juga: Bangun Pola Asuh Ramah Anak, Hindari Main Tangan

Tak hanya itu, kehilangan pasangan selamanya juga bisa membuat seseorang berhalusinasi.

Hal ini terjadi sebab, “Ada dorongan yang luar biasa dari sisi emosi. Kalimat mayor ‘seandainya’ itu sering keluar dari klien. Nah, pengandaian ini benar-benar dimaknai oleh otak sebagai emosi yang kuat.”

Dari pengandaian itu akhirnya masuk ke alam bawah sadar. Sementara itu, alam bawah sadar adalah sesuatu yang tak bisa dikontrol. Itu sebabnya, banyak orang yang masih belum bisa menerima kenyataan kerap mengalami vivid dream dan halusinasi.

Cara Mengatasi Rasa Kehilangan yang Berlebihan

Mengungkapkan kesedihan adalah satu hal yang harus dilakukan pasangan. Namun, jika terjadi dalam jangka waktu yang lama, tentu perlu dicari solusinya.

Oleh karena itu, penting mencari tahu penyebab kehilangannya. Erwinda menambahkan, “Di balik kondisi itu pasti sering menyebut kata ‘seandainya’. Nah, ini apa nih? Seandainya ini apa yang dibutuhkan dari beliaunya?”

Hal ini pun cukup sulit jika dilakukan oleh orang tanpa kompetensi khusus. Jadi, akan lebih bijak jika pasangan melakukan konseling ke psikolog agar tahu pikiran negatif apa yang selama ini masih bersarang.

Tahapan Fase Berduka

Erwinda turut menjelaskan tahapan yang biasanya menimpa seseorang yang kehilangan. Pertama adalah menyanggah. Misalnya, saat melihat jenazah, mereka akan menganggap orang itu hanya tidur dan tak meninggal.

Kedua adalah kemarahan yang diekspresikan dengan menangis dan perasaan hancur. Ketiga adalah tawar-menawar, yaitu berandai-andai. Misalnya, keinginan untuk menukar nyawanya dengan orang yang sudah meninggal.

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Flek Hitam pada Wajah

Jika fase ketiga tak bisa ditangani dengan baik, bisa beralih ke fase depresi. Pada fase keempat ini, pasangan yang ditinggal jadi tidak memiliki gairah hidup dan bisa kembali ke fase pertama.

Sementara itu, jika mendapat dukungan yang baik, ia bisa beralih ke fase terakhir, yaitu penerimaan. Di sini, pasangan yang ditinggalkan sudah bisa menerima sepenuhnya bahwa mereka sudah tidak ada dan bertekad melanjutkan hidup.

Dengarkan informasi lengkapnya seputar cara menghadapi perasaan berduka hanya melalui siniar Obrolan Meja Makan. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut https://spoti.fi/3CfLwnU.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com