KOMPAS.com - Strawberry generation merupakan istilah yang menggambarkan karakter atau mentalitas generasi muda yang "lembek" seperti buah stroberi.
Rupanya, hal tersebut dapat terbentuk akibat pola asuh orangtua.
Istilah tersebut cenderung bermakna negatif, lantaran mereka yang digolongkan sebagai generasi stroberi dikatakan egois dan tidak bertanggung jawab.
Di samping itu, mereka juga mudah mengeluh, mudah menyerah, tersinggung dan memiliki ekspektasi berlebihan terhadap sesuatu.
Karakter yang seperti itu tentu membuat anak menjadi kehilangan daya juang jika berada di kehidupan nyata di luar lingkungan keluarga.
Baca juga: Strawberry Generation dan Karakteristiknya dalam Dunia Kerja
Sebetulnya, ada sejumlah faktor yang membuat mentalitas anak menjadi generasi stroberi.
Melansir The Asian Parent, faktor tersebut berasal dari lingkungan terdekat anak, yaitu kebiasaan atau pola asuh yang dilakukan oleh orangtua, berikut ulasan selengkapnya.
Kebiasaan memanjakan anak secara berlebihan dapat membentuk mentalitasnya menjadi generasi stroberi yang malas berjuang.
Pola asuh yang seperti ini dapat membuat anak tidak mudah bersyukur dan tidak mau berusaha keras, karena semua permintaan yang mereka inginkan dapat terpenuhi dengan mudah.
Lambat laun, pola tersebut dapat dibawanya hingga anak tumbuh dewasa.
Tak ada yang lebih penting daripada menyempatkan waktu untuk bermain bersama anak-anak.
Apabila orangtua selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, namun selalu memberikan uang atau membelikan hadiah pada anak sebagai "kompensasi" maka itu bisa berdampak buruk bagi perkembangan mentalnya.
Dalam hal ini, tidak ada hal yang benar-benar dapat menggantikan quality time antara orangtua dan anak.
Ketika waktu berkualitas terlalu sering digantikan dengan uang atau pemberian lainnya, maka hal tersebut dapat menciptakan gagasan bahwa uang atau hadiah adalah sebuah "penebusan".
Baca juga: Strict Parents, Pola Asuh Orangtua yang Menuntut Anak