Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Gemar Edit Foto Pakai Filter Bawa Pengaruh Buruk untuk Anak

Kompas.com - 11/10/2022, 08:44 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber USA Today

KOMPAS.com - Filter Instagram maupun TikTok memang ampuh untuk mengubah penampilan kita dalam sekejap.

Semua orang bisa terlihat lebih glowing maupun langsing, dalam kontennya, hanya dengan langkah editing yang mudah.

Segala kerutan, warna kulit tidak rata, warna bibir hingga bentuk mata bisa 'dipermak' dengan filter media sosial yang tepat.

Baca juga: Waspadai, Bahaya Menakut-nakuti Anak dengan Filter Instagram

Rupanya kebiasaan itu dapat berdampak buruk, khususnya jika dilakukan orangtua yang masih memiliki anak-anak di sekitarnya.

"Anak-anak meniru perilaku pengasuh mereka," kata Elizabet Altunkara, direktur pendidikan di National Eating Disorders Association, New York.

Tanpa disadari, anak-anak mengamati perilaku orangtua dengan sangat detail.

Perilaku orangtua lalu memengaruhi nilai-nilai dasar anak-anak, termasuk hubungan mereka dengan tubuhnya.

Diet, dorongan untuk kurus dan ketidakpuasan tubuh sering, yang tercermin dalam penggunaan filter, kemudian tersampaikan dan diinternalisasikan kepada anak sejak dini.

Buah hati juga mungkin menyimak percakapan dan komentar yang kita keluarkan kala asyik memasang filter di unggahan Instagram terbaru.

Kita mungkin tidak bicara dengan mereka namun anak berada dalam jangkauan pendengaran sehingga besar kemungkinan ikut memerhatikan.

Baca juga: Hobi Pakai “Beauty Filter” Bisa Memicu Kecemasan

"Mereka menginternalisasinya, dan mereka menganggapnya sebagai informasi tentang apa yang harus mereka lakukan, untuk membuat diri mereka terlihat dapat diterima oleh masyarakat di sekitar mereka," kata Anna Marcolin, seorang psikoterapis dan life coach di AS.

Pengaruh buruk lainnya juga muncul dari perilaku para selebritas dan influencer yang kerap mengkurasi fotonya begitu rupa, dengan berbagai filter sehingga tampak sempurna, seperti Kim Kardashian.

Hal ini kemudian mendorong orang lain untuk menggunakan filter pula, untuk tujuan yang sama.

Mitch Prinstein, chief science officer dari American Psychological Association, telah meneliti hubungan antara remaja, penggunaan media sosial dan sistem depresi.

Dia mengatakan, media sosial mungkin tidak bisa dipastikan dapat memicu depresi namun cara remaja menggunakan teknologi sangat berisiko untuk kesehatan mentalnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber USA Today
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com