KOMPAS.com - Seiring dengan bertambahnya usia, kerusakan molekuler terakumulasi dan berkontribusi pada perkembangan kelemahan terkait penuaan maupun penyakit serius.
Proses molekuler ini biasanya terjadi lebih intens pada sebagian orang daripada yang lain, sehingga menghasilkan kondisi yang umumnya disebut sebagai penuaan dini.
Untungnya, saat ini kita sudah bisa mendeteksi peningkatan laju penuaan sebelum konsekuensi yang ditimbulkannya terwujud dengan menggunakan model digital penuaan (aging clocks).
Model-model ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan terapi anti penuaan pada tingkat individu dan kelompok yang lebih besar.
Baca juga: 6 Camilan yang Ampuh Hambat Penuaan Dini, Salah Satunya Telur Rebus
Nah, menurut riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Aging-US, terapi anti penuaan apa pun perlu berfokus pada kesehatan mental, seperti halnya kesehatan fisik seseorang.
Kolaborasi internasional yang dipimpin oleh Deep Longevity dengan para ilmuwan AS dan China mengukur efek kesepian, perasaan tidak bahagia, atau tidur gelisah, yang semua itu berdampak besar pada laju penuaan.
Ada pun aging clocks baru yang dilatih dan diverifikasi dengan data darah dan biometrik dari 11.914 orang dewasa di China ditampilkan dalam makalah ilmiah.
Ini adalah aging clocks pertama yang dilatih secara eksklusif pada kohort China dengan volume tersebut.
Baca juga: Pentingnya Blue Light Skincare untuk Cegah Penuaan Dini
Hasilnya, penuaan dini terdeteksi pada orang dengan riwayat stroke, penyakit hati dan paru-paru, perokok, dan yang paling menarik, orang dalam kondisi mental yang rentan.
Bahkan, perasaan tidak bahagia, putus asa, dan kesepian terbukti meningkatkan usia biologis seseorang lebih dari merokok.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.