Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Trauma, Gejala, dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Kompas.com - 17/10/2022, 17:18 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesehatan mental sebaiknya dijaga, termasuk dipulihkan kondisinya dari trauma yang membuat orang sulit berdamai dari masa lalu.

Trauma didefinisikan oleh American Psychological Association (APPA) sebagai respons emosional terhadap peristiwa yang mengerikan.

Kondisi tersebut sebaiknya tidak dibiarkan dan tidak dianggap remeh karena bisa mengganggu orang untuk menjalani kehidupan secara normal.

Tidak menutup kemungkinan trauma yang tidak segera ditangani turut menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD).

PTSD atau gangguan stres pascatrauma berisiko menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, bahkan perubahan perilaku dan emosi.

Baca juga: 9 Cara Self Healing untuk Memulihkan Trauma

Penyebab trauma

Trauma sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja lantaran dapat memengaruhi stabilitas mental dan orang yang mengalaminya.

Dalam hal ini, trauma bisa disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga, kematian orang yang dicintai, bencana alam, kekerasan, termasuk perkosaan.

Trauma dapat dapat dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, tanpa memandang umur.

Kendati demikian, anak lebih mungkin mengalami trauma apabila mendengar atau menyaksikan peristiwa yang memicu kondisi ini.

Gejala trauma

Walaupun penyebab dan gejala trauma bermacam-macam, ada beberapa gejala trauma secara umum yang dapat diketahui.

Orang yang pernah merasakan peristiwa memilukan lebih mungkin terguncang bahkan kebingungan.

Tak hanya itu, orang yang telanjur trauma biasanya tidak merespons percakapan secara normal.

Biasanya mereka juga menarik dirinya dari lingkungan sekitar bahkan tidak ikutan ngobrol dengan orang lain.

Gejala lain yang mengindikasikan orang mengalami trauma adalah kecemasan yang menyebabkan sulit tidur di malam hari dan gelisah.

Kecemasan yang disebabkan oleh trauma juga membuat orang lebih mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan perubahan suasana hati.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com