KOMPAS.com - Tragedi Itaewon memicu kesadaran pentingnya kemampuan memberikan CPR (cardiopulmonary resuscitation) saat kondisi darurat.
Metode yang juga dikenal dengan istilah RJP (resusitasi jantung paru) itu merupakan pertolongan pertama ketika seseorang mengalami henti jantung dan paru mendadak.
Biasanya ini dilakukan sebelum petugas media datang atau pertolongan ahli belum segera bisa didapatkan.
Hanya saja, CPR tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang karena perlu pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Baca juga: 6 Tanda-tanda Henti Jantung Mendadak, Pantang Disepelekan
Dalam kondisi seperti tragedi Itaewon, CPR dilakukan untuk mengembalikan kemampuan jantung dan napas seseorang.
Namun kita tidak boleh gegabah melakukannya karena praktik yang salah dapat memicu komplikasi, bukannya menyelamatkan nyawa seseorang.
Dikutip dari situs Siloams Hospital, CPR yang tidak tepat dapat memicu komplikasi seperti tak kembalinya fungsi jantung dan paru, patah tulang, pneumotoraks, dll.
Baca juga: Belajar dari Tragedi Itaewon, Ini Cara CPR untuk Pertolongan Pertama Henti Jantung
Untuk memastikannya tidak terjadi, pastikan kita menghindari lima kesalahan fatal berikut ini ketika memberikan CPR pada seseorang.
"Jika seseorang pingsan di depan Anda dan berhenti bergerak dan bernapas, Anda ingin membantu. Semakin cepat Anda melompat, semakin baik peluang mereka," kata Dr. Sampson Davis, seorang dokter pengobatan darurat di New Jersey, AS.
Setiap detik yang berlalu sangat penting untuk mempertahankan peluang hidup seseorang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.