KOMPAS.com - Zachary Johnson mungkin selalu menjadi anak yang lebih besar di antara teman-temannya, tetapi kenaikan berat badannya benar-benar meningkat pada usia dewasa muda, terutama ketika pandemi Covid-19 melanda.
Johnson, yang sekarang menjadi mahasiswa teknik sipil di Penn State University, sempat berjuang melalui stres dan isolasi karantina wilayah akibat virus corona.
Bahkan, pada pertengahan tahun 2020, dia mencapai berat badan tertingginya yakni sekitar 165 kg.
"Kesehatan mental saya menurun cukup parah. Bukan hanya karena berat badan yang bertambah, tetapi juga karena tidak adanya interaksi sosial," kata pria berusia 20 tahun itu kepada Today.
"Angka pada timbangan tidak benar-benar membuat saya merasakan apa pun. Itu hanya lebih melihat diri saya sendiri dan melihat seberapa jauh kondisi saya menurun tidak hanya secara fisik, namun juga secara mental," sambung dia.
Pola makan yang buruk
Dengan tinggi kira-kira 178 cm, indeks massa tubuh (BMI) Johnson masuk dalam kategori obesitas dan dia sudah merasa lelah saat menaiki tangga, serta tidak berenergi sepanjang waktu.
Johnson mengakui, salah satu bagian dari masalah berat badannya adalah kebiasaannya ngemil di malam hari.
"Saya adalah pemakan malam yang sangat buruk. Saya makan secara normal sepanjang hari dan kemudian makan banyak di malam hari. Apa pun yang bisa saya temukan, saya makan," terangnya.
Selain itu, dia juga tidak pernah memikirkan tentang nutrisi, terlalu banyak mengonsumsi cepat saji, soft drink, dan minuman manis lainnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.