KOMPAS.com - Istilah crowd crush dan stampede menghiasi media sosial berkaitan dengan tragedi keramaian yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Keduanya dipakai untuk menggambarkan kondisi kerumunan yang terlalu padat sehingga akhirnya berbahaya hingga mengancam nyawa.
Namun sebenarnya, terdapat perbedaan antara crowd crush dan stampede, begitu pula cara menghadapinya.
Baca juga: 17 Insiden Kerumunan Massa yang Paling Banyak Menelan Korban 30 Tahun Terakhir
Stampede adalah kondisi ketika orang memiliki ruang untuk berlari atau berjalan dengan tergesa-gesa.
Gerakan sporadis ini yang lalu menempatkan orang-orang tersebut dalam bahaya.
Sementara itu, crowd crush adalah kondisi ketika orang-orang hanya memiliki sedikit ruang untuk bergerak —jika ada ruang sama sekali—dan mereka kemungkinan akan terjepit bersama.
“Dalam sebagian besar skenario crowd crush ini, gerakan yang sangat, sangat lambat yang menyebabkan masalah,” Michael Molloy, MCh, MSc, pakar kesehatan olahraga di Royal College of Surgeons di Irlandia
"Stampede adalah keliru dalam keseluruhan konsep dan itu menyiratkan kecepatan, dan itu hampir menyiratkan sedikit kesalahan pada individu yang terpengaruh olehnya."
Baca juga: Mengapa Kerumunan Massa Dapat Berujung Maut?
Ia menjelaskan, dalam keramaian, orang mungkin mulai jatuh dan diinjak-injak oleh orang banyak, atau kehabisan oksigen karena tidak memiliki ruang untuk bernapas.
Tingkat keparahan crowd crush dapat bergantung pada ukuran kerumunan secara proporsional dengan ruang, tingkat kepanikan, dan kondisi kesehatan orang yang mendasarinya.
“Kepadatan yang berlebihan, kerumunan yang tidak terkelola, dan jalur lebar yang tersaring ke jalur sempit adalah resep untuk bencana,” pakar perilaku kerumunan di University of Greenwich, Prof Edwin Galea menjelaskan.
Jika kepadatan kerumunan meningkat di atas empat orang per meter persegi, dan terutama mencapai enam orang maka risiko kecelakaan meningkat.
Kerumunan dapat terjadi ketika terlalu banyak orang mendorong ke dalam area terbatas – baik saat masuk, atau mencoba keluar.
Orang-orang dapat terjepit sedemikian rupa sehingga kerja paru-parunya tidak optimal dan berisiko mengalami sesak napas akibat tekanan.
Seringkali orang yang kehilangan nyawa di kerumunan terjadi akibat didorong ke dinding.
Baca juga: Tragedi Itaewon dan Kanjuruhan, Kenapa Kerumunan Bisa Picu Kematian?