Adalah hal yang lumrah bagi orangtua untuk memberikan "aturan main" kepada anak dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, orangtua yang menerapkan tiger parenting memberikan aturan yang begitu banyak, kaku, dan ketat.
Sayangnya, orangtua yang demikian terkadang tidak bisa menjalankan aturan yang mereka berikan sehingga menjadi frutasi.
Rasa muak karena tidak bisa menjalankan aturan yang dibuat sendiri biasanya dilampiaskan kepada anak.
Tiger parenting membuat orangtua memberikan "cinta yang bersyarat" ketika mereka membesarkan anak.
Jadi, kasih sayang dari orangtua baru diberikan saat si buah hati memenuhi harapan yang diberikan orangtua.
Dikutip dari Very Well Mind, anak yang dibesarkan dengan tiger parenting baru dianggap berhasil jika mendapat nilai bagus di sekolah.
Baca juga: Tiger Parenting, Benarkah Bikin Anak Sukses di Masa Depan?
Selain itu, mereka dianggap sukses jika diterima di perguruan tinggi favorit atau mendapatkan pekerjaan yang prestisius, seperti pengacara atau dokter.
Untuk mencegah hal ini, orangtua sebaiknya menyadari bahwa cinta harus diberikan konsisten dan tidak bergantung pada perilaku baik anak.
Pada intinya, orangtua perlu belajar untuk menerima kekurangan anak dan tidak berekspektasi lebih.
Karena harapan yang begitu tinggi, orangtua yang membesarkan anak dengan tiger parenting cenderung memaksa buah hatinya.
Dengan gampangnya orangtua meminta atau memberi tahu anak untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan.
Di sisi lain, orangtua juga berharap anak menghormati mereka namun tidak memberi ruang bagi buah hatinya untuk berdiskusi.
Jika anak tidak setuju, mereka kemungkinan didisiplinkan dengan ancaman emosional dan/ atau hukuman fisik.
Anak yang dibesarkan dengan tiger parenting sulit mendapat kepercayaan dari orangtua mereka sendiri.